bakabar.com, MARABAHAN – Petani-petani di kawasan utara Barito Kuala tak perlu lagi khawatir dengan risiko penyusutan kualitas gabah, seiring kehadiran Gedung Sistem Resi Gudang (SRG) di Anjir Muara.
Gedung SRG di Anjir Muara merupakan fasilitas kedua di Batola, selain di Kecamatan Mandastana yang sudah overload.
Berada di Desa Anjir Serapat Muara I, SRG Anjir Muara sekaligus mendekati salah satu daerah sentra produksi padi.
Dibangun untuk melayani petani di Anjir Muara, Anjir Pasar, Tamban, Mekarsari dan Tabunganen, SRG Anjir Muara berkapasitas 1.500 ton atau 500 ton lebih banyak daripada SRG Mandastana.
“Peran Gedung SRG ini menjadi penting, mengingat produksi gabah Batola sering surplus,” papar Surono, Kabid Perdagangan Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian (Diskopperindag) Batola.
“Di akhir 2016, misalnya. Surplus gabah Batola mencapai 226.688 ton dari total produksi 334.345 ton. Sementara jumlah pemakaian hanya 107.657 ton,” imbuhnya.
Dibanding tempat penyimpanan gabah atau kindai sendiri di rumah, Gedung SRG memiliki sejumlah keuntungan. Di antaranya menekan risiko kerusakan akibat kebocoran atap dan serangan tikus.
“Harga jual setelah penyimpanan juga berpotensi optimal, karena SRG dapat digunakan untuk tunda jual sampai mendapatkan harga pasar yang lebih baik,” jelas Surono.
Keuntungan lain yang tak kalah penting adalah asuransi dari kebakaran dan kebanjiran, serta resi gudang dapat digunakan sebagai jaminan memperoleh pembiayaan dari Bank Kalsel.
“Plafon kredit yang ditawarkan sebesar 70 persen dari nilai resi gudang (jumlah gabah simpanan). Sedangkan sisa 30 persen merupakan nilai kompensasi risiko penurunan harga pasar,” sahut Abdul Mukmin Ramdani, Pimpinan Bank Kalsel Unit Handil Bakti.
“Misalnya resi gudang bernilai Rp100 juta. Berarti petani bisa mendapatkan pinjaman sebesar Rp70 juta dengan jangka waktu maksimal 6 bulan,” imbuhnya.
Keuntungan itulah yang disosialisasikan kepada beberapa warga Anjir Pasar, Anjir Muara dan Tamban, terutama perwakilan kelompok tani di Gedung SRG Anjir Pasar, Rabu (21/8).
Semua fasilitas tersebut tidak gratis. Dalam bulan pertama penyimpanan, petani dikenakan biaya sebesar Rp110 per kilogram untuk administrasi, asuransi dan sebagainya.
Sementara biaya bulan-bulan berikutnya bertambah Rp15 hingga Rp18 per kilogram, tergantung durasi penyimpanan.
Pun terdapat syarat-syarat gabah yang dapat masuk gudang, seperti kadar air maksimum 14,00 persen, gabah hampa maksimum dan benda asing maksimum 0,50 persen.
Khusus kadar air, tersedia mesin pengering di Gedung SRG berkapasitas ribuan ton. Juga tersedia lapangan yang cukup luas, seandainya petani ingin pengeringan manual.
Namun demikian, operasional Gedung SRG Anjir Muara belum segera dimulai. Masih harus dilakukan sejumlah penyempurnaan seperti rumah jaga, aliran PDAM dan jaringan internet.
“Kami juga masih menunggu survei sertifikasi gudang. Diharapkan Gedung SRG sudah bisa beroperasi akhir 2019,” tandas Surono.
Baca Juga: Mangkrak 12 Tahun, Bupati Kobar Siap Lanjutkan Pembangunan Gedung Serbaguna
Baca Juga: Skema Pembangunan Gedung Pemerintah Layanan Publik Terpadu di Tala, Dianggarkan Rp407 M
Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Fariz Fadhillah