bakabar.com, JAKARTA - Pernahkah Anda merasa bersalah karena kesalahan di masa lalu selalu diungkit? Atau, ketika Anda menanyakan perihal kesalahan seseorang, orang tersebut malah bertanya balik dengan nada menyudutkan?
Boleh jadi, itu pertanda Anda sedang terjebak dalam taktik ‘manipulasi psikologis.’ Tindakan ini, utamanya, bertujuan menekan lawan bicara guna memengaruhi perilaku dan emosinya, bahkan sampai ‘merendahkan’ harga diri seseorang.
Malahan, sebuah studi yang dilakukan pada 2013, menyebut manipulasi psikologis setara berbahaya dengan pelecehan fisik: sama-sama bisa menimbulkan depresi.
Keduanya juga berujung menguras energi orang lain atau mengacaukan kesejahteraan emosional mereka.
Melansir mindbodygreen, seperti dikutip dari bakabar.com Jakarta, taktik manipulasi psikologis umumnya dikarenakan sang manipulator tumbuh dalam siklus toxic, penuh kekerasan, narsisme, atau hubungan tidak sehat semasa kecil.
Korban dari tindakan yang demikian, kemungkinan besar, dapat mengalami dampak buruk bagi kesehatan mentalnya.
Sebab itu, penting untuk mengetahui apa saja ciri-ciri manipulasi psikologis. Merangkum berbagai sumber, berikut ulasannya:
1. Memanfaatkan rasa tidak aman seseorang
Pendiri Pusat Terapi Amavi di Pennsylvania, Janika Veasley, mengatakan seorang manipulator bisa menggunakan rasa tidak aman, kekurangan, dan ketakutan orang lain untuk menjatuhkan orang tersebut.
“Manipulasi emosional terjadi ketika orang yang kasar atau manipulatif menggunakan taktik dan strategi khusus untuk mengendalikan, memiliki ‘kekuasaan’ atas orang lain, atau mengorbankan orang lain,” ujarnya, dikutip dari Insider, (4/3).
Veasley mencontohkan, manipulator biasanya akan memunculkan rasa tidak aman ketika Anda sedang merasa sedih. Atau, sengaja menunjukkan kekurangan Anda di hadapan orang banyak.
Selain itu, seorang manipulator juga cenderung mudah melontarkan backhanded compliment – pujian yang menyiratkan bahwa itu sebenarnya bukan pujian sama sekali. Seperti, “baju Anda hari ini bagus, tidak membuat Anda terlihat gemuk seperti biasanya.”
2. Membuat orang lain meragukan dirinya sendiri
Ciri yang satu ini disebut juga sebagai gaslighting, di mana membuat korban manipulasi kerap mempertanyakan kewarasan atau penilaian terhadap diri sendiri.
Seorang manipulator menggunakan taktik ini ketika lawan bicaranya menyampaikan kegelisahan mereka.
Alih-alih mengonfirmasi kekhawatiran itu, sang manipulator justru membuat lawan bicaranya merasa bersalah.
“Gaslighting adalah jika mereka berkata, 'Itu tidak pernah terjadi' atau 'Ya ampun, kamu gila!',” kata Veasley mencontohkan.
Tanggapan tersebut, sambung dia, bukan cuma dimaksudkan menyangkal pertanyaan lawan bicara. Melainkan, juga membuat lawan bicaranya mempertanyakan apakah ‘skenario’ itu benar-benar terjadi.
3. Membuat orang lain selalu meminta maaf
Pelaku manipulasi psikologis cenderung menunjukkan sikap ‘playing victim’ alias berpura-pura menjadi korban.
Alih-alih meminta maaf atas kesalahannya, sang manipulator justru berbalik menyalahkan orang lain.
“Mereka (manipulator) sangat bagus berpura-pura menjadi korban, sehingga membuat Anda menjadi pihak yang selalu meminta maaf, sekalipun tidak salah,” ujar Konselor Kesehatan Mental di Washington DC, Joanne Frederick, dikutip dari The Healthy.
4. Menunjukkan sifat agresi pasif
Pendiri Terapi Take Root di Los Angeles, Saba Harouni Lurie, mengatakan seorang manipulator juga kerap menunjukkan sifat agresi pasif.
Dalam kondisi ini, manipulator secara tidak langsung mengungkapkan perasaan atau pemikiran negatifnya.
“Misalnya, pasangan Anda mungkin menggunakan humor sarkastik, memberi Anda perlakuan diam, atau menolak untuk melakukan percakapan konstruktif tentang konflik Anda,” ujarnya, dilansir dari Insider.
Itulah sedikitnya empat ciri yang menandakan seseorang tengah melakukan manipulasi psikologis.
Kalau Anda pernah mengalami salah satunya, usahakan agar tidak terlena ucapan sang manipulator.