Kalsel

Seorang Ibu Melahirkan Meninggal, Dinkes Batola Langsung Evaluasi

apahabar.com, MARABAHAN – Meski baru satu kasus, kematian ibu melahirkan di awal 2020 menjadi tamparan keras…

Featured-Image
Pemeriksaan rutin menjadi salah satu usaha pencegahan risiko tinggi ibu melahirkan. Foto-Istimewa

bakabar.com, MARABAHAN – Meski baru satu kasus, kematian ibu melahirkan di awal 2020 menjadi tamparan keras untuk Dinas Kesehatan Barito Kuala.

Seorang wanita dari Kecamatan Anjir Pasar, meninggal dunia 6 Januari 2020, setelah menjalani operasi kelahiran anak pertama yang kembar dua.

Baca Juga: Iuran Naik, Insentif Direksi BPJS Kesehatan Malah Mencengangkan

Mendiang lebih dulu dioperasi di Rumah Sakit Islam Banjarmasin, sebelum dirujuk ke RSUD Ulin untuk menjalani perawatan intensif di ICU akibat eklampsia atau kejang-kejang.

Lima hari pasca melahirkan, ibu tersebut meninggal dunia di RSUD Ulin. Sementara anak kembar yang dilahirkan, dinyatakan sehat semuanya.

“Secara prosedur penanganan, tidak terjadi keterlambatan. Namun memang kasus ini berat dan berisiko tinggi,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Batola, dr Azizah Sri Widari, Selasa (21/1).

“Namun demikian, kami tetap melalukan evaluasi dan melihat kembali penyebab kejadian tersebut dari sisi medis dan standar tindakan,” imbuhnya.

Baca Juga: BPJS Kesehatan Kenalkan Fitur Baru Mobile JKN

Eklampsia maupun preeklampsia sendiri cenderung terjadi kepada ibu hamil dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Juga terdapat kondisi lain yang berisiko menyebabkan eklampsia seperti hamil berusia lebih dari 35 tahun atau kurang dari 20 tahun, kehamilan pertama, hamil kembar, riwayat malnutrisi, gangguan ginjal hingga diabetes.

Apapun penyebab kejadian tersebut, kematian ibu melahirkan ini mencoreng prestasi Batola yang berhasil menekan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 0 persen sepanjang 2019.

Itu merupakan catatan terbaik selama lima tahun terakhir. Sebelumnya AKI tertinggi Batola tercatat sebanyak 12 orang pada 2015 atau naik 2 orang dari catatan 2014.

Sempat turun menjadi 5 orang pada 2016, lalu naik lagi menjadi 7 orang setahun berselang, sebelum menurun hanya 4 orang pada 2018.

“Namun bagaimanapun kematian tak dapat diprediksi, sehingga kami hanya berusaha memperbaiki pelayanan kepada masyarakat melalui sejumlah program khusus untuk pencegahan,” sahut Azizah.

Terdapat beberapa program penanganan ibu hamil dan melahirkan yang diterapkan di Batola, seperti Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan Simulasi Persalinan Aman dan Betul (Simpel Mantul).

Baca Juga: Per Hari Ini, RSUD Sultan Suriansyah Bisa Layani Pasien BPJS

P4K menitikberatkan sinergi lintas sektor dengan kecamatan, Babinsa dan Bhabinkamtibmas untuk memonitor ibu hamil berisiko dan sulit dimobilisasi untuk rujukan.

Sedangkan Simpel Mantul merupakan perencanaan mobilisasi ibu melahirkan, seandainya memerlukan rujukan, “Dari kerjasama lintas sektor itu, kami sudah terhindar dari keterlambatan rujukan,” tegas Azizah.

“Bidan juga dianjurkan tak sendirian menangani persalinan, sehingga salah seorang dari ibu atau bayi tak terabaikan. Sementara ibu-ibu hamil diberi kelas ibu di Puskesmas maupun Pustu,” tandasnya.

Baca Juga: Angin Segar, 1.173 Honorer Kotabaru Bakal Miliki BPJS Ketenagakerjaan

Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner