Senandika Perempuan: Pameran Tunggal Pertama Tania, Dipersembahkan untuk Guru Tercinta

Tujuh belas lukisan dipamerkan di Dharma Coffe Banjarmasin. Seluruhnya karya Innasya Tania. Dipersembahkan untuk seluruh perempuan, juga guru tercinta.

Featured-Image
Apti Nan Sembagi Larutala, salah satu lukisan yang dipersembahkan Innasya Tania untuk salah satu guru tercintanya, Ms Aminah. Foto: apahabar.com/Riyad.

Tujuh belas lukisan dipamerkan di Dharma Coffe Banjarmasin. Seluruhnya karya Innasya Tania. Dipersembahkan untuk seluruh perempuan, juga guru tercinta.

Riyad Dafhi Rizki, Banjarmasin.

Senandika (Bahasa Sansekerta: Bercerita) Perempuan, jadi tema besar pemeran tunggal seni rupa ini. Tema ini dipilih karena karya-karya yang dipamerkan didominasi oleh sosok perempuan. 

Belasan karya memenuhi dinding ruang kedai kopi berkelir putih di Kompleks DPRD, Jalan Pramuka, Banjarmasin Timur. Ukurannya beragam. Yang paling kecil seukuran kertas HVS. Ukuran terbesar besar seukuran televisi tabung.

Namanya juga perempuan. karya yang dihasilkan tak jauh dari perspektif kaum hawa. Ada bunga, juga pemandangan alam. Namun, yang lebih menonjol adalah gambar dua perempuan yang saling tersenyum.

Sosok yang tergambar dalam lukisan itu adalah potret si pelukis, Tania, bersama guru di masa sekolah menengah pertama (SMP), Ms Aminah. Lukisan itu berjudul Apti Nan Sembagi Larutala. Tania berkata itu adalah karya pertama sekaligus yang paling berkesan baginya.

Lukisan itu bercerita tentang pertemuannya dengan teman sejati dalam hidupnya, yang kemudian melahirkan sebuah harapan. Apti berarti keberuntungan, sedangkan Sembagi Arula diambil dari bahasa Sansakerta yang artinya seseorang yang memiliki cita-cita mulia selayaknya rembulan.

Sederhananya, lukisan ini bermakna pertemuan pelukis yang hanya seorang gadis biasa dengan sosok mulia yang dianggap sebagai sosok pembawa keberuntungan di dalam kehidupannya.

Perjumpaan itu pula yang kemudian mengubah dan melahirkan semangat mimpi masa kecil si pelukis. Ms Aminah adalah sosok yang terus memotivasi Tania untuk berkarya di bidang seni rupa. Kenangan indah bersamanya juga masih terus melekat di pikiran Tania. Meski keduanya sudah bertahun-tahun tak pernah bertatap muka lagi.

"Ms Aminah kepala sekolah di SMP saya. Beliau hanya bertugas tiga bulan. Tapi, beliau sosok yang berjasa di hidup saya," cerita perempuan 19 tahun itu.p

Pertemuan intens Tania bersama Ms Aminah sering terjadi saat Tania yang saat itu duduk di kelas II SMP kerap pingsan. "Murid yang sakit biasanya istirahat di ruang kepala sekolah. Belum ada ruang UKS," tuturnya.

Dari sana, keduanya sering kali berbicara dari hati ke hati. Ms Aminah akhirnya tahu sebab-musabab Tania sering pingsan. Terungkap pula bahwa Tania memiliki bakat terpendam di bidang seni rupa. Sayangnya bakat itu terganjal restu keluarganya.

"Keluarga saya, menginginkan saya berprestasi di bidang akademik. Jadi dahulu lukisan saya sering dibuang," kenangnya.

"Lukisan saya juga sering dianggap sebagai penyebab turunnya nilai akademis saya," ungkapnya.

Baca Juga: Hotman Paris Beberkan Alasan Norma Risma Belum Mau Laporkan Ibunda dan Rozy

Hingga suatu ketika cerita Tania itu akhirnya sampai ke telinga Ms Aminah. Sang guru lantas berinisiatif untuk memanggil keluarga Tania.

Dalam pertemuan itu, Ms Aminah kemudian berbincang kepada keluarga Tania, lalu menyarankan agar Tania diberi keleluasaan untuk bisa tetap melanjutkan bakatnya di bidang seni rupa.

"Setelah itu keluarga saya tidak pernah lagi melarang saya untuk melukis," ungkapnya.

Suatu ketika Ms Aminah dan Tania harus berpisah. Dalam kurun waktu yang singkat itu, Tania merasa dia menjadi orang yang  berbeda dari sebelumnya.

Pameran tunggal ini, kata Tania, bisa diartikan sebagai sebuah pembuktian dan persembahan untuk Ms Aminah. Karena berkat sosok perempuan sederhana itu, dia bisa berkarya hingga sampai saat ini.

Sementara itu, dalam pameran tersebut yentu tak melulu berbicara tentang sosok Ms Aminah.

Gaun Pendusta, salah satu lukisan yang dipajang pada pameran tunggal Innasya Tania. Foto: bakabar.com/Riyad.
Gaun Pendusta, salah satu lukisan yang dipajang pada pameran tunggal Innasya Tania. Foto: bakabar.com/Riyad.

Tania juga mencoba untuk menuangkan pandangannya terhadap problematika yang acapkali menimpa kaum perempuan. Pesan itu, salah satunya diselipkannya dalam lukisan berjudul Gaun Pendusta.

Lukisan yang didominasi paduan cat warba putih dan cokelat itu, bercerita tentang kepolosan hati seorang perempuan yang dijanjikan sebuah gaun impian.

Untuk mendapatkan gaun tersebut, si perempuan diharuskan memberikan foto-foto vulgar tubuhnya dengan dalih untuk mengukur gaun tersebut.

Nahas, rupanya itu hanya akal-akalan si pembuat gaun untuk mencari keuntungan yang akhirnya membuat perempuan tersebut diteror hingga terpojok.

Dalam lukisan, wanita itu tampak menangis.

"Di masa ini, banyak perempuan yang termanipulasi. Diminta untuk mengirimkan foto-foto vulgar dengan dasar harapan atas janji-janji akan diberikan sesuatu hadiah. Namun rupanya foto itu dimanfaatkan untuk mencari keuntungan," ujarnya.

Lukisan ini, jelas Tania, terinspirasi dari cerita nyata seorang kenalannya yang mengalami kejadian serupa. 

"Hingga akhirnya masyarakat memandang korbanlah sebagai perempuan yang murahan," sebutnya.

Lukisan ini merupakan keresahan Tania akan banyaknya fenomena serupa yang terulang di tengah masyarakat.

Banjirmasin, lukisan yang merekam potret seorang ibu tua yang tengah meratapi nasib akibat banjir yang melanda rumahnya. Foto: bakabar.com/Riyad.
Banjirmasin, lukisan yang merekam potret seorang ibu tua yang tengah meratapi nasib akibat banjir yang melanda rumahnya. Foto: bakabar.com/Riyad.

Di sudut ruangan lain, ada juga Lukisan berjudul Banjirmasin yang dinilai Tania sebagai salah satu karya yang juga cukup berkesan bagi dirinya.

Banjirmasin menggambarkan seorang ibu yang berstatus janda tengah meratapi nasib diri dan tempat tinggalnya yang terendam banjir.

Inspirasi lukisan tersebut didapat Tania saat dirinya sedang menjalani proses syuting film dokumenter tentang fenomena Banjir yang terjadi di Kota Seribu Sungai.

Saat sedang syuting film di permukiman warga di kawasan Alalak Tengah, Banjarmasin Utara, Tania bertemu dengan seorang ibu lanjut usia.

Di hadapan Tania, si ibu itu menumpahkan segala kegundahan hatinya. Selain sudah ditinggal sang suami yang meninggal dunia, si ibu harus menghadapi kondisi rumahnya yang kadang kebanjiran saat air Sungai Alalak sedang pasang.

"Kesedihan ibu tersebut saya tumpahkan di atas kanvas. Yang kemudian terciptlah karya berjudul Banjirmasin ini," tuntasnya.

Meski malam itu udara cukup dingin, karena sehabis hujan, namun kehangatan begitu terasa di lokasi pameran.

Makin malam, makin banyak saja pengunjung yang datang. Salah satunya adalah Sakinah (28).

Sakinah menilai karya yang dipamerkan malam itu, sangatlah bagus.  Dia mengapresiasi lukisan hasil karya Tania yang dipamerkan malam itu.

"Masya Allah saya salut dengan pelukis ini," ungkapnya.

Baca Juga: Tahura Sultan Adam Sumbang PAD Kalsel Rp4,4 Miliar Selama 2022

Pameran tunggal seni rupa Innasya Tania bakal digelar dari Minggu (8/1) hingga Sabtu (14/1) mendatang.

Siapa saja bisa datang ke pameran tersebut. Terbuka untuk umum. Tak hanya pameran lukisan, dalam perhelatan itu juga akan ada kelas melukis, musikalisasi puisi, pemutaran film, live musik, lelang lukisan hingga donasi sosial. Dana yang terkumpul nantinya bakal diserahkan ke panti sosial.

Sementara itu, sang kurator, Rizky A Setiawan, mengungkapkan pameran ini menjadi ajang pembuktian bagi Tania sekaligus menjadi pemantik untuk terus berkarya. Sebab, siapapun yang berkarya di bidang seni rupa, kata dia, pasti ingin menggelar pameran tunggal.

"Salah satu di antaranya, mungkin kita jadi tidak bisa melihat karakter perupa secara utuh. Tapi setidaknya, kita bisa melihat dari karya permulaan yang dibuat si perupa. Dan itu yang menjadi tonggak awal untuk menempuh perjalanan dan kemapanan," tandasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner