Apahabar.com, MAGELANG - Magelang adalah saksi berbagai pergulatan sejarah Indonesia melawan Belanda.
Kehadiran Belanda di Magelang kala itu tak hanya menimbulkan pertumpahan darah warga pribumi, namun juga para etnis Tionghoa yang turut dilokalisir dari berbagai daerah asalnya.
"Muntilan menjadi lokasi 'pelarian' yang menjadi cikal bakal munculnya pecinan di kawasan kedu pada era Perang Diponegoro," kata seorang warga setempat yang juga pegiat sejarah, Budiman (40).
Bukti eksistensi pecinan Muntilan di masa itu juga disebut pada sejarah Perang Diponegoro saat melawan Belanda dengan siasat Benteng stelsel, pada 1828.
Baca Juga: Rondo Kemul, Kudapan Unik dari Magelang
Sebab, di masa itu, kaum Tionghoa menjadi sumbu pemasok kosumsi dan akomodasi ke Benteng Stelsel milik Belanda.
"Pecinan Muntilan juga menjadi pemantik hadirnya beragam jasa dan tempat usaha, dari Taksi Muntilan sampai Talun, juga bus dari Muntilan ke jurusan ke Blabak," bebernya.
Selain perkembangan jasa dan ekonomi, Pecinan Muntilan juga menjadi societeite Belanda di eranya.
Para sinyo dan noni Belanda di era 1920-1949 berkunjung menggunakan moda transportasi oplet dari Kawedanan Muntilan.
"Ada juga tempat judi yang sekarang jadi Apotik Tri Ningsih di Pecinan Muntilan," imbuhnya.
Baca Juga: Liburan Imlek, Bali Masih Jadi Pilihan Utama Wisatawan Tiongkok
Bukti sejarah pecinan yang lain adalah berdirinya Klenteng di Muntilan Hok An Kiong yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Mulanya Klenteng Hok An Kiong di barat jalan Pemuda Muntilan. Kemudian pada tahun 1905 dipindah ke lokasi saat ini.
"Diduga dipindah karena jumlah pedagang di Pasar Muntilan yang letaknya dekat dengan klenteng terus bertambah," pungkasnya.