Tak Berkategori

Selasa Pagi, Rupiah Bergerak Seperti Yoyo

apahabar.com, JAKARTA – Selasa pagi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah bergerak seperti yoyo…

Featured-Image
Karyawan memegang mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. Foto–Antara/Sigid Kurniawan

bakabar.com, JAKARTA - Selasa pagi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)sudah bergerak seperti yoyo di perdagangan pasar spot. Rupiah sudah merasakan pelemahan, penguatan, dan stagnasi.

Dilansir CNBCIndonesia, pada Selasa (25/6/2019)pukul 09.00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.130. Rupiah menguat tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kala pembukaan pasar, rupiah stagnan saja di Rp 14.135/US$. Namun tidak lama kemudian rupiah terjerumus ke zona merah, melemah tipis 0,04%.

Kini rupiah berhasil menguat meski dalam kisaran terbatas. Ini membuat mata uang rupiah masihrentan mengalami fluktuasi.

Rupiah ditarik oleh sentimen positif dan negatif yang tampaknya sama kuat. Sentimen positif datang dari perkembangan rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 akhir pekan ini. Jalan menuju damai dagang semakin terbuka, kala Trump dikabarkan akan menerima dengan senang hati apa pun hasil pertemuan tersebut.

“Ini adalah kesempatan bagi presiden untuk menjaga hubungan yang sangat dekat dengan Chin. Presiden akan nyaman apa pun hasilnya,” sebut seorang pejabat pemerintah AS, mengutip Reuters.

Beijing pun siap bernegosiasi dengan Washington. Wang Shouwen, Wakil Menteri Perdagangan China, menegaskan kedua pihak siap berkompromi untuk mencapai kesepakatan. Dialog akan berlangsung dengan prinsip saling menghormati demi kepentingan bersama.

“Saling menghormati artinya semua pihak akan menjunjung tinggi kedaulatan masing-masing negara. Kedua pihak akan berkompromi untuk mencapai kesepakatan demi kepentingan bersama, tidak hanya satu pihak,” kata Wang, mengutip Reuters.

Salah satu harapan China, lanjut Wang, adalah AS mencabut sanksi terhadap perusahaan-perusahaan China. Seperti diketahui, AS memasukkan perusahaan telekomunikasi asal China, Huawei, ke daftar hitam.

“Kami berharap AS bisa mencabut kebijakan sepihak terhadap perusahaan-perusahaan China. Semangatnya adalah perdagangan bebas sesuai dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO),” sebut Wang.

Damai dagang AS-China akan membuat rantai pasok global tidak lagi terhambat. Artinya, ada harapan pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik.

Perkembangan ini mendorong investor meminati aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya rupiah masih punya energi untuk menguat, yang jika bertahan hingga tutup lapak akan membuat mata uang Tanah Air terapresiasi selama enam hari beruntun.

Sementara sentimen negatif yang menyelimuti rupiah adalah ambil untung (profit taking). Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, rupiah sudah menguat lima hari beruntun dan hari ini bisa saja menjadi enam.

Penguatan rupiah sudah lumayan tajam, di atas 1%. Ini bisa menggoda investor untuk mencairkan cuan, yang jika terjadi akan memberi tekanan terhadap rupiah.

Baca Juga: Rupiah Melemah di Tengah Isu Penurunan Fed Fund Rate

Baca Juga: Gerakan Seribu Rupiah Bagi ASN di HSS

Baca Juga:Heboh Giant Jabodetabek Gulung Tikar: Lampu Kuning untuk Kalsel

Baca Juga: Polemik Tiket Pesawat, Intip Harga Terupdate Penerbangan dari Banjarmasin

Sumber: CNBCIndonesia
Editor: Aprianoor



Komentar
Banner
Banner