Tak Berkategori

Sejarah Masjid Sabilal Muhtadin (3), Diberi Nama Karya Ulama Besar Banjar

apahabar.com, BANJARMASIN – Masyarakat Banjar sebelumnya ingin sekali memiliki Masjid yang menjadi landmark sekaligus kebanggaan warga….

Featured-Image
Masjid Raya Sabilal Muhtadin tampak dari atas, saat senja di Banjarmasin. Foto-nstagram/@alivrahmatul

bakabar.com, BANJARMASIN - Masyarakat Banjar sebelumnya ingin sekali memiliki Masjid yang menjadi landmark sekaligus kebanggaan warga.

Keinginan itu kemudian terwujud dengan didirikannya sebuah masjid di tengah kota Banjarmasin, dan diberi nama sebuah karya fenomenal ulama Banjar Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, yakni Sabilal Muhtadin.

Menurut Ketua Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya Kalimantan (LKS2B), Mansyur mengungkapkan nama Sabilal Muhtadin dipilih sebagai nama yang dipergunakan untuk Masjid Raya kebanggaan umat muslim Banjarmasin adalah sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap Ulama Besar Tanah Banjar, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (1710-1812).

"Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari adalah ulama yang berperan penting dalam penyebaran dan pengembangan agama Islam di Kerajaan Banjar atau yang sekarang dikenal dengan Kalimantan Selatan," ujarnya.

Baca Juga: Masjid Raya Sabilal Muhtadin (1), Begini Sejarah Dibangunnya

Sjarifuddin (2013) dalam Sejarah Banjar, lanjut Mansyur, menuliskan beliau adalah pelopor pengajaran Hukum Islam di Kalimantan Selatan yang selama 35 tahun menimba ilmu agama Islam di Makkah.

Sekembalinya ke kampung halaman, Syekh Muhammad Arsyad kemudian membuka kampung baru yang diberi nama Dalam Pagar atas pemberian Raja Banjar saat itu. Di kampung tersebut, ulama ini kemudian menggelar halaqoh (majelis) untuk membimbing umat.

"Dari halaqoh tersebut, banyak ulama yang menduduki tempat-tempat penting di seluruh Kerajaan Banjar, merupakan didikan Syekh Muhammad Arsyad," kata Mansyur.

Di samping mendidik murid-murid beliau di surau Dalam Pagar, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari juga menulis beberapa kitab dan risalah, salah satu karya besarnya adalah "Kitab Sabilal Muhtadin Littaffaquh fi Amriddin" yang dalam terjemahan bebas berarti jalan bagi orang orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama.

Kitab tersebut berisi hukum dan kaidah-kaidah ilmu fiqh yang menjadi pegangan dan rujukan bagi masyarakat Kerajaan Banjar pada saat itu dalam mempelajari ilmu fiqih.

Baca Juga: Sejarah Masjid Raya Sabilal Muhtadin (2), Soeharto Sumbang 'Kubah Emas'

Hingga saat ini kitab tersebut masih menjadi salah satu sumber rujukan bagi para ulama dan masyarakat dalam mempelajari ilmu fiqih hampir di seluruh Nusantara dan Negara tetangga lainnya.

"Atas dasar pertimbangan tersebut, Masjid Raya Banjarmasin ini diberi nama Sabilal Muhtadin," jelasnya.

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner