bakabar.com, BANJARMASIN – Banyaknya ulama karismatik Kalsel yang berpulang memantik reaksi Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Kepergian ulama seperti Guru Zuhdi, dan terbaru Guru Kapuh tentu saja disesalkan MUI. Sebab, dari merekalah dakwah islam tersebar. Umumnya melalui tempat-tempat pengajian, dan rumah ibadah, baik di pedesaan maupun perkotaan. Lantas bagaimana nasib pengajian tersebut sepeninggal mereka?
Sekretaris Umum MUI Kalsel, H Nasrullah menyebut dakwah harus tetap berjalan. Pengajian boleh tetap buka. Asal taat protokol kesehatan.
Panitia wajib hukumnya memfasilitasi kebutuhan jemaah mencuci tangan, menjaga jarak dan mengukur suhu tubuh, jika melakukan pengajian secara luring.
"Ya penting itu melaksanakannya jangan mengundang orang banyak. Kalau perlu sebelum masuk tes antigen, tapi difasilitasi oleh pemerintah," ujarnya pada Kamis (12/8).
Misalnya, kata dia, bahwa ibadah Jumatan tetap boleh dilaksanakan. Tapi tidak menghadirkan banyak orang.
Dan cukup masyarakat di dalam kompleks atau sekitar tempat ibadah tersebut minimal 50 jemaah.
Contoh paling dekat adalah Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Masjid raya itu meniadakan jumatan selama PPKM level IV.
"Kenapa itu dilarang karena membahayakan bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Itulah kenapa dilarang berkerumun," ucapnya.
Menurutnya, situasi Covid-19 sekarang ini lebih berbahaya ketimbang awal wabah pada tahun lalu. Bukan karena seluruh daerah di Kalsel hampir semuanya berstatus PPKM level IV, melainkan lantaran masih banyak masyarakat tak percaya Covid-19.
Sebagai gambaran, kasus konfirmasi Covid-19 di Banjarmasin sepekan terakhir pada 2-8 Agustus berdasar data dari Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan mencapai 854 kasus. Sedang, pada periode sepekan sebelumnya 25 Juli-1 Agustus dilaporkan 1.070 kasus konfirmasi.
“Pentingnya syariat Islam dan kekuatan spiritual untuk menghadapi kondisi sekarang,” ujarnya.
Nasrullah sendiri sempat terkonfirmasi positif Covid-19. Usai terbebas dari Covid-19, dirinya langsung buru-buru mengikuti program vaksinasi pemerintah. Vaksinasi, menurutnya penting untuk menciptakan kekebalan komunitas.
"Kalau kita lihat orang yang kena itu, sebelumnya antara percaya atau tidak. Sekarang beda kena Covid-19 dan flu biasa, jauh beda," tegasnya.
Selain taat prokes, kata dia, alangkah bijaknya jika untuk sementara waktu meliburkan majelis taklim secara tatap muka dan beralih ke daring.
"Misalnya kita lewat zoom yang menghadiri orang banyak dan muatannya itu berbeda," katanya.