Tak Berkategori

Sambut Hari Pahlawan 10 November 2020, Mensos Singgung Ketidakpedulian Anak Muda, Ini Sejarahnya!

apahabar.com, JAKARTA -Sambut Hari Pahlawan 10 November 2020, Menteri Sosial Jualiari P Batubara singung ketidakpedulian anak…

Featured-Image
Peringatan Hari Pahlawan 10 November 2020, dokumen pertempuran di Surabaya (screenshot mensos.go.id)

bakabar.com, JAKARTA -Sambut Hari Pahlawan 10 November 2020, Menteri Sosial Jualiari P Batubara singung ketidakpedulian anak muda terhadap perjuangan para pahlawan. Mensos pun menyebutkan penyebabnya.

Setiap tanggal 10 November, masyarakat Indonesia akan memperingati Hari Pahlawan untuk mengenang jasa-jasa para pejuang dalam merebut kemerdekaan.

Mensos mengatakan menumbuhkan kepedulian anak muda merupakan salah satu tantangan dalam memperingati Hari Pahlawan 10 November 2020 yang jatuh pada Hari Selasa, besok.

BACA JUGA : Pangeran Hidayatullah Segera Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

“Tantangan paling besar itu ketidakpedulian, khususnya generasi muda, terhadap perjuangan pahlawan, ini juga menjadi ancaman bagi bangsa,” kata Mensos dalam webinar Hari Pahlawan 2020 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin.

Menurut dia, salah satu penyebab generasi muda tidak begitu peduli dengan perjuangan pahlawan karena mereka melihat sejarah bukan sebagai hal yang penting.

Karena itu, penting untuk terus menyosialisasikan dan mengingat perjuangan-perjuangan para pahlawan serta menjiwai dan mempraktikkan nilai-nilai kepahlawanan.

Hal penting lainnya, menurut Mensos, adalah harus punya sifat cinta Tanah Air dan bangga sebagai orang Indonesia.

img

Menteri Sosial Juliari P batubara pada webinar Hari Pahlawan 2020 (ANTARA/Desi Purnamawati)

Hal senada dikatakan sejarawan Asep Kambali bahwa tanpa sejarah dan masa lalu, maka tidak akan ada namanya masa depan.

Bahkan, menurut dia, bisa saja suatu negara hancur jika generasi muda dijauhkan dari sejarah bangsanya.

“Semakin kita tahu perjuangan para pahlawan dalam memperebutkan kemerdekaan, maka akan semakin cinta kita dengan negara ini,” ujar Asep.

Asep tidak memungkiri bahwa banyak generasi muda yang tidak memahami dan peduli pada sejarah serta tidak menganggap sejarah sebagai suatu yang strategis.

BACA JUGA : Pangeran Antasari Sosok Pahlawan Nasional Asal Kalimantan Selatan yang Diabadikan dalam Uang Rp 2.000

Hal tersebut, kata dia, salah satunya disebabkan penyampaian pelajaran sejarah yang tidak kreatif dan cenderung membosankan. Selain itu perlu terus menerus disosialisasikan.

Maka agar generasi muda menjadi lebih peduli terhadap sejarah dan para pahlawan serta menikmatinya dengan metode integratif serta kreatif dengan konsep kekinian.

Misalnya, ia member contoh, dengan teknologi informasi, film animasi, penyampaian lewat dongeng yang menarik, kunjungan langsung ke museum dan lainnya.

Sejarah Pertempuran di Surabaya

10 November 1945 merupakan salah satu tanggal bersejarah, lantaran terjadi pertempuran besar pascakemerdekaan, yang dikenal juga sebagai pertempuran Surabaya.

Kendati Indonesia melalui Soekarno telah menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, situasi Tanah Air belum stabil.

Usai proklamasi pada 17 Agustus 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera Indonesia dikibarkan di seluruh wilayah Tanah Air.

Gerakan pengibaran bendera tersebut dilaporkan meluas ke seluruh wilayah, salah satunya di Surabaya.

Dilansir dari laman pikiranrakyat.com, Senin (9/11/2020), Tentara Inggris yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang bersama dengan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Tugas mereka melucuti tentara Jepang dan memulangkan mereka ke negaranya, membebaskan tawanan perang yang ditahan oleh Jepang, sekaligus mengembalikan Indonesia kepada pemerintahan Belanda sebagai negara jajahan.

Hal tersebut memantik kemarahan warga Surabaya, lantaran menilai bahwa Belanda telah menghina kemerdekaan Indonesia dan melecehkan Sang Saka.

Tak hanya itu, mereka melayangkan protes dengan berkerumun di depan Hotel Yamato.

BACA JUGA : Telkomsel Ajak Content Creators Maknai Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan

Mereka juga meminta bendera Belanda diturunkan untuk diganti mengibarkan bendera Indonesia.

Pada 27 Oktober 1945, perwakilan Indonesia berunding dengan pihak Belanda dan berakhir meruncing, lantaran Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan tersebut.

Hingga mengakibatkan Ploegman, pemimpin organisasi Indo Europesche Vereniging (IEV) yang diangkat NICA menjadi Wali Kota Surabaya tewas dicekik oleh Sidik di Hotel Yamato pun terjadi ricuh.

Sementara itu, Hariyono dan Koesno Wibowo berhasil merobek bagian biru bendera Belanda sehingga bendera tersebut serupa bendera Indonesia.

Pada 29 Oktober, pihak Indonesia dan Inggris sepakat menandatangani gencatan senjata.

Namun keesokan harinya, keduanya bentrok dan menyebabkan pimpinan tentara Inggris, Brigadir Jenderal Mallaby, tewas tertembak hingga mobil yang ditumpanginya diledakan oleh milisi.

Pengganti Mallaby yang tewas, Mayor Jenderal Robert Mansergh, mengeluarkan ultimatum, ihwal kepemilikan senjata.

Bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia bersenjata harus melapor serta meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan.

Tepat 9 November 1945, tentara sekutu mengeluarkan ultimatum kepada warga Surabaya yang berisi tuntutan agar warga Surabaya menyerahkan semua senjata kepada tentara Sekutu sebelum jam 6.00 pagi pada tanggal 10 November 1945.

Namun, ultimatum tersebut ditolak oleh warga Surabaya.

Ultimatum tersebut membuat rakyat Surabaya marah hingga terjadi pertempuran 10 November di Surabaya.

Perang antar kedua kubu berlangsung sekira tiga minggu, merenggut ribuan korban jiwa di pihak Indonesia.

Tokoh perjuangan yang menggerakkan rakyat Surabaya kala itu antara lain Bung Tomo, KH Hasyim Asyari, dan Wahab Hasbullah.

Melalui siaran-siaran radionya, Bung Tomo menggelorakan semangat perjuangan rakyat Surabaya.

Komentar
Banner
Banner