bakabar.com, BANJARBARU – Rehabilitasi hutan di Kalimantan Selatan terus dilakukan. Setiap tahun, sedikitnya 30 ribu hektare hutan direhabilitasi.
Gubernur Sahbirin Noor, Sabtu (20/8) menyampaikan sebelum program revolusi hijau dijalankan, Kalsel hanya mampu merehabilitasi 500 hektare hutan per tahun. Untuk itu dia menargetkan Kalsel akan menjadi salah satu paru-paru dunia.
Pencegahan kebakaran hutan dan lahan secara masif, kata Paman Birin, juga terus dilakukan untuk mengurangi lahan kritis baru dan mengurangi dampak efek rumah kaca yang akibat emisi karbon.
Pemprov Kalsel sendiri memiliki Pergub Nomor 14 Tahun 2013 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang selama ini menjadi acuan dalam pelaksanaan penurunan emisi karbon.
Pemprov Kalsel, kata Paman Birin, berkomitmen untuk pembangunan mewujudkan berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan melalui transformasi sektor ekstraktif, menuju industri yang mengolah keanekaragaman sumber daya hayati.
Dengan demikian, kata dia, kegiatan pengolahan sumber daya alam di Kalsel harus dalam waktu bersamaan dengan upaya perbaikan lingkungan.
Seperti membangun ekosistem sebagai sumberdaya ekonomi berkelanjutan. “Tentunya untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, Pemprov Kalsel juga membangun ekosistem biodeversity ekonomi dengan rencana transformasi kawasan industri berbasis keanekaragaman hayati yang memproduksi berbagai kekayaan sumberdaya hayati dan jasa lingkungan menjadi produk-produk unggulan.
“Yang memiliki nilai ekonomi tinggi yang akan menjamin keberlanjutan,” paparnya.
Saat ini sudah terbangun pabrik B30 yang telah mampu melakukan subsitusi energi fosil sebesar 810 ton pe hari.
Potensi investasi hijau di Banua, lanjut Paman, juga sangat besar. Berbagai pembangunan pembangkit listrik tenaga air, energi baru, pengelolaan sampah dan limbah menjadi energi terus dilakukan untuk kelestarian lingkungan.
Paman berkata pihaknya menyadari bahwa dalam mewujudkan ekonomi hijau diperlukan intervensi teknologi yang cukup besar.
Untuk itu, melalui forum ini juga diharapkan dukungan pemerintah pusat dan global. “Untuk bersinergi mewujudkan Kalimantan sebagai pusat peradaban ekologis di Indonesia,” tuntasnya.