bakabar.com, BANJARMASIN – Dua siswa kelas 7 di SMPN 2 Banjarmasin dilaporkan tidak mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada Senin (12/7).
Siswa tersebut ternyata bertempat tinggal di zona oranye penyebaran Covid-19. Dia berada di Kelurahan Surgi Mufti dan Tanjung Pagar.
"Barusan dua saja untuk SMPN 2 memang ada di daerah oranye," ujar Kepala SMPN 2 Banjarmasin, Satoli.
Laporan itu diperolehnya dari tenaga pendidik yang bergerak saat orang tua siswa mengantarkan buah hatinya.
Tenaga pendidik tersebut langsung bertanya ke orang tua siswa. Terutama kawasan kelurahan tempat tinggal mereka.
Diketahui Dinas Kesehatan merilis peta zona oranye di Banjarmasin. Terdapat 6 kawasan, yaitu Kelurahan Sungai Miai, Sungai Andai, Surgi Mufti, Pekapuran, Pemurus Dalam dan Tanjung Pagar.
"Kalau kelurahan ada yang di enam ini, maka disuruh istirahat dan belajar jarak jauh (PJJ) di rumah," pungkasnya.
Saat pemberitahuan, kata dia bahwa orang tua sempat bingung. Namun selama tenaga pendidik menjelaskan akhirnya mereka paham.
Selain itu, ia menekankan bahwa siswa yang pulang ini akan dibekali sederet materi tentang MKLS hingga Protokol Kesehatan (Prokes).
Adapun terdapat 8 rombongan belajar untuk kelas 7 SMPN 2 Banjarmasin.
"Kita serahkan kepada orang tua supaya sama untuk mereka sama tahu," ucapnya.
Sebelumnya, Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) mewanti-wanti pelaksanaan belajar muka pada hari ini. Sebab, selama 10 hari pertama Juli jumlah penduduk di Banjarmasin yang terkonfirmasi positif sebanyak 241 kasus.
Dibandingkan dengan pertambahan kasus positif pada 10 hari terakhir bulan Juni, maka kasus di bulan Juli mengalami pertumbuhan sebesar 3,8 kali lipat. Lonjakan kasusnya lebih besar dari pertumbuhan di tingkat provinsi yang bertambah 2,6 kali lipat.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
Sementara itu tingkat positivitas hasil testing Covid-19 Kota Banjarmasin dari 20 Juni ke 10 Juli naik dua kali lipat yaitu dari 14 persen menjadi 30 persen.
Angka 30 persen artinya dari setiap 10 orang yang diambil sampelnya sebanyak 3 di antaranya positif Covid-19. Dua indikator ini, laju kasus dan tingkat positivitas sudah cukup menggambarkan situasi pandemi di Banjarmasin sedang sangat rawan karena telah terjadi pertumbuhan kasus secara eksponensial.
Cepatnya pertumbuhan kasus di Banjarmasin dan wilayah lainnya di Kalimantan Selatan menyebabkan naiknya jumlah pasien Covid-19 yang menjalani rawat inap di rumah sakit baik di ruang isolasi maupun intensif.
Jika pada 1 Juli jumlah pasien rawat inap rumah sakit yang berada di Banjarmasin berjumlah 170 orang dengan tingkat hunian tempat tidur mencapai 37 persen, maka pada 10 Juli jumlahnya bertambah menjadi 291 orang dengan angka BOR 57 persen.
Padahal pada 20 Juni yang lalu jumlah pasien yang menjalani rawat inap hanya 110 orang dengan BOR 24 persen. Artinya terjadi peningkatan jumlah pasien rawat inap sebanyak 2,7 kali lipat selama 20 hari tersebut.
Kemudian kasus Covid-19 pada anak yang dilaporkan mengalami lonjakan cukup tajam.
Berdasar data Dinas Kesehatan Kalsel, kasus konfirmasi positif pada usia PAUD pada periode 24-30 Juni sebanyak 5 orang. Sedangkan pada periode 1-7 Juli meningkat menjadi 7 orang. Pada anak usia SD jumlah kasus yang terjadi sepanjang 1-7 Juli ada 41 orang, naik 1,7 kali lipat dibanding kasus pada 7 hari sebelumnya. Sementara anak usia SMP jumlah kasusnya sebanyak 20 orang atau meningkat 3 kali lipat.
Begitu pula kasus harian terjadi lonjakan signifikan dalam empat hari terakhir terhitung sejak Rabu (7/7) hingga Sabtu (10/7). Pada Rabu ada 111 orang terkonfirmasi positif dan 4 meninggal dunia. Kemudian Kamis (8/7) bertambah lagi sebanyak 144 orang dengan kematian 4 orang. Selanjutnya pada Jumat (9/7) ada penambahan 200 orang terkonfirmasi positif, 125 orang dalam perawatan dan 4 orang meninggal dunia. Sedangkan Sabtu kemarin, ada 202 orang positif, 5 meninggal dunia serta penambahan pasien dalam perawatan sebanyak 145 orang.