Kalsel

PSBB Banjarmasin Perlu Diperpanjang, Epidemiolog Beberkan Alasannya

apahabar.com, BANJARMASIN – Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Banjarmasin makin hari kian meningkat. Hingga kemarin…

Featured-Image
Seorang warga mengikuti tes swab secara massal di Pasar Banjarmasin, belum lama tadi. Foto-apahabar.com/Bahaudin Qusairi

bakabar.com, BANJARMASIN – Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Banjarmasin makin hari kian meningkat.

Hingga kemarin atau Rabu (20/5), pasien terkonfirmasi positif virus Corona mencapai 192 kasus. 45 di antaranya meninggal dunia, dan 19 lainnya sembuh.

Pakar Epidemiologi Kalsel Dharma Putra melihat pertumbuhan kasus Covid-19 di Kalsel belum mencapai puncaknya.

"Ini belum sampai ke puncaknya, baru kalau sudah di puncak kasusnya hanya mengalami penurunan," ucapnya kepada bakabar.com, Kamis (21/5).

Selain peningkatan kurva, Dharma juga menyinggung pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar di Banjarmasin dan sekitarnya.

Lebih lanjut, ia menerangkan untuk indikator kesehatan terlihat kinerja penanganan kasus virus Corona sudah bagus.

Performa tim medis itu terlihat dari kasus yang sebelumnya sembunyi, sekarang ditemukan.

Kemudian bersamaan dengan adanya kasus baru, sehingga adanya lonjakan pasien terpapar Covid-19.

Lebih jauh, Dharma melihat sudah saatnya ada penambahan ruang isolasi untuk pasien terkonfirmasi Covid-19.

Namun ruang isolasi itu wajib berada di rumah sakit (RS) rujukan yang sudah tersedia hingga sekarang.

"Lonjakan ini prestasinya bagus dan perlu adanya penambahan ruang isolasi," ujar direktur RSUD Sambang Lihum itu.

Selanjutnya, ia menegaskan untuk indikator kepatuhan masyarakat juga terlihat belum maksimal.

Itu terpantau masih banyak warga yang bekeliaran keluar rumah tanpa mengenakan masker atau penutup muka.

Dengan ketiga indikator itu, maka Dharma menyarankan agar PSBB di Banjarmasin diperpanjang.

“Catatannya lebih diperketat penjagaan dalam menerapkan Perwali 37 Tahun 2020,” jelas dia.

Jika diperlukan, Dharma juga setuju jika hukuman atau sanksi terhadap warga yang melanggar PSBB.

"Agar masyarakat benar benar tinggal di rumah dan kontrol yang ketat dengan melibatkan peran masyarakat," pungkasnya.

Ia yakin, jika warga Banjarmasin tak keluar rumah selama 14 hari ke depan, maka angka penularan di Banjarmasin bisa menyusut bahkan 0 kasus.

"Yang sakit itu tinggal di rumah, jadi perawat yang datang untuk diperiksa dan yang perlu isolasi langsung dibawa ke ruang isolasi," tuturnya.

Jika menerapkan protokol begitu, ia menyakini Banjarmasin akan menjadi wilayah zona hijau pertama di Kalsel.

"Tapi di luar Kota Banjarmasin belum, karena kinerjanya belum terlihat baik sehingga nanti orang yang masuk Banjarmasin akan diperiksa supaya tidak membawa virus ke Banjarmasin," tuturnya.

Sebelumnya, daerah diminta untuk tak melonggarkan kebijakan pembatasan sosial. Di sejumlah wilayah, termasuk Kalimantan Selatan, terjadi penambahan pasien positif Covid-19.

“Jawa Timur mengalami kenaikan kasus mingguan sebesar 70 persen. Kemudian Sumatera Selatan mengalami kenaikan kasus mingguan 157 persen,” ujar Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, awal pekan tadi, dikutip dari Kompas.

“Sedangkan Kalimantan Selatan mengalami kenaikan jumlah kasus mingguan 60 persen,” lanjut dia.

Dari total pasien positif Covid-19 di Kalimantan Selatan, 68 persen berasal dari kluster jemaah tablig di Gowa.

Untuk itu, Doni kembali menegaskan skenario pelonggaran PSBB apabaila kurva penularan Covid-19 di masyarakat rendah.

“Jadi kami ulangi kembali bahwa satu dua pekan ke depan belum ada kebijakan pengurangan pembatasan,” ujar prajurit TNI berpangkat jenderal bintang tiga itu.

Reporter: Bahaudin Qusairi
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner