Nasional

Profesor dari Hawaii Sambut Baik Konsep Geopark Meratus

Geopark Meratus telah diusulkan untuk menjadi Unesco Global Geopark (UGG

Featured-Image
Kunjungan Prof Universitas Hawaii ke Gua Batu Hapu di Tapin. Foto-DLH Kalsel

bakabar.com, BANJARBARU - Berkunjung ke situs geopark, ahli Geografi, Biologi dan Lingkungan dari Universitas Hawaii, Prof Pamela menyambut baik konsep pengembangan geopark di Kalimantan khususnya di Kalsel.

"Benar, beliau (Prof Pamela) sangat menyambut baik pengembangan geopark," kata Ketua Harian Badan Pengembangan Geopark Meratus, Hanifah Dwi Nirwana, Senin (21/8).

Hanifah menyampaikan, Pumpung menjadi salah satu situs dengan sejarah kejayaan berlian yang pada masanya ditemukannya berlian intan trisakti 166,7 karat.

Pumpung sendiri merupakan lokasi penambangan sejak 600 M sampai saat ini dan berlokasi di Cempaka, Banjarbaru.

Berlian yang ditemukan di Pumpung ini menjadi bentuk utama logo Geopark meratus dengan bagian atas representasi dari pegunungan meratus yang terdapat bayangan ornamen dayak berupa stilasi dari citra tumbuhan yang bermakna sebagai Jubata (Tuhan) yang memberikan keselamatan dan perlindungan.

Hanifah bilang, Geopark Meratus telah diusulkan untuk menjadi Unesco Global Geopark (UGG). MenjadiUnesco Global Geopark merupakan impian semua stakeholder Kalsel.

"Kita (Kalsel) sudah beberapa kali menerima kunjungan dari delegasi berbagai negara akhir-akhir ini dengan misi penting kebudayaan," ucapnya.

Selain ke tempat pendulangan intan di Pumpung, Pamela juga mengunjungi Kampung Purun, Situs Toko Sasirangan, Batu Sisik Ular (serpentinit), Taman Konservasi Anggrek dan Habituasi Hewan Endemik di Tahura Sultan adam.

"Tak hanya itu, Pamela juga berkunjung ke Gua Batu Hapu (gua karst) dengan stalagtit dan slalagmit dengan ukuran beragam," ujar Hanifah.

Gua ini dulunya berupa batu kapur yang pernah terendam dalam air laut 16 sampai dengan 36,5  juta tahun yang lalu (oligosen-miosen awal) yang dihuni oleh kelelawar.

Lokasi ini juga menyimpan mitos dan legenda. Di mana menurut masyarakat sekitar, konon gua ini terbentuk dari pecahan kapal milik seorang anak yang durhaka kepada ibunya (nini kudampi).

Akibat kutukan ibunya, kapal pecah dan terbalik menjadi dua, sehingga terbentuk Gua Hapu yang bisa dilihat sekarang ini.

Kunjungan diakhiri pada lokasi kalayangan dandang di Kabupaten Tapin. Dandang merupakan tradisi masyarakat setempat yang telah dilaksanakan selama puluhan tahun silam.

Editor


Komentar
Banner
Banner