Pengadaan Pesawat Tempur

Prabowo Kebut Pengadaan Pesawat Tempur Milik Uni Emirat Arab

Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menyebut bakal segera mengakuisisi pesawat tempur Mirage 2000-9 milik Uni Emirat Arab (UEA). 

Featured-Image
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto di Lanud Halim Perdana Kusuma. Foto: apahabar.com/Andrey

bakabar.com, JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menyebut bakal segera mengakuisisi pesawat tempur Mirage 2000-9 milik Uni Emirat Arab (UEA). 

Maka Prabowo akan mengirimkan tim khusus untuk membangun negosiasi untuk dapat menyabet pesawat tempur.

“Kita akan segera kirim tim negosiasi,” kata Prabowo di Kantor Kemenhan, Jakarta Pusat, Senin (19/6).

Baca Juga: PDIP Klaim Makan Siang Jokowi-Prabowo Bukan Agenda Politik

Tim negosiasi akan bertugas meyakinkan pemerintah UEA agar pesawat tempur Mirage 2000-9 bersedia diambilalih Indonesia.

“Kita yakin mereka bersedia untuk kita akuisisi,” ujarnya.

Selain mengakuisisi pesawat tempur Mirage 2000-9, Prabowo juga akan mempercepat pengadaan 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas Angkatan Udara Qatar.

Prabowo menyebut, proses pengiriman pesawat tempur Mirage 2000-5 seharusnya membutuhkan waktu 2 tahun. Namun ia berharap prosesnya dipercepat.

"Saya berharap ya, mudah-mudahan, mungkin tanda tangan habis, saya berharap 3-4 bulan setelah tanda tangan," imbuh dia.

Baca Juga: Gerindra Jangan Ragu! Prabowo: Keputusan Bersama Jokowi Sudah Benar

Prabowo menjelaskan, pembelian 12 pesawat tempur bekas tempur sebagai solusi jangka pendek, karena pesawat tempur milik TNI banyak yang usang. Sedangkan untuk membeli pesawat baru butuh waktu lebih lama.

Saat ini, Indonesia telah membeli pesawat baru Rafale dari Prancis. Namun, dibutuhkan waktu yang panjang mendatangkan pesawat itu ke tanah air.

"Pesawat baru yang kita udah tanda tangan kontrak, terutama Rafale dari Prancis, itu paling cepat adalah yang pertama datang 36 bulan," jelasnya.

Prabowo mengungkapkan pengadaan pesawat tempur tersebut mendesak. Ia beralasan, negara sebesar Indonesia harus punya pertahanan udara yang kuat.

"Kita harus punya suatu penangkal, negara sebesar kita seluas kita, masak tidak punya pertahanan udara yang kuat," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner