Penemuan di Sungai Rangas Martapura, Benarkah Barang Antik dari Alam Gaib?

Antropolog dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah, turut merespons penemuan sejumlah barang antik di Sungai Rangas Tengah, Martapura Barat, Banjar.

Featured-Image
Viral penemuan diduga barang antik dalam Sungai Martapura di Desa Sungai Rangas Tengah, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar. Foto-apahabar.com/hendralianor

bakabar.com, BANJARMASIN - Antropolog dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah, turut merespons penemuan sejumlah barang antik di Sungai Rangas Tengah, Martapura Barat, Banjar. 

Apalagi barang antik berbentuk piring malawen yang ditemukan warga bernama Masroni (42) itu disebut berasal dari alam gaib. 

Jika benar dari alam gaib, kata Nasrullah, maka kemungkinan penghuni alam sebelah mengalami surplus barang antik sehingga diberikan kepada manusia di tepi sungai. 

Jika tidak surplus, maka barang antik mesti barter dengan persembahan dari manusia seperti sesajen atau tumbal.

"Mungkin akan ada yang dikorbankan," ucap Dosen Prodi Sosiologi dan Antropologi FKIP ULM itu, Jumat (16/12).

Yang lebih berbahaya lagi, sambung Nasrullah, jika penghuni alam sebelah merasa kehilangan 11 barang antik miliknya, maka mereka akan mencari siapa penemu benda tersebut.

"Saya kira barang tersebut bisa menimbulkan mudarat jika tidak dirawat atau lebih baik dikembalikan," katanya. 

Lantas bagaimana jika memakai logika keilmuan?

Pria yang akrab disapa Inas itu satu suara dengan arkeolog BRIN, Hartatik. 

"Fenomena dan narasi penemuan 11 barang antik tersebut mungkin saja terulang di kemudian hari."

"Jika disebut sebagai barang antik dan dari orang gaib, sebenarnya itu menunjukkan logika di masa lalu. Di mana, untuk menemukan baran-barang seperti porcelin, keramik dan sejenisnya tidak mudah didapatkan karena akses atau pertemuan dengan dunia luar tidak seterbuka dan seintens sekarang," tegasnya.

"Maka dilakukanlah labelling sebagai barang antik dari orang-orang sebagai upaya untuk menunjukkan sulitnya mendapatkan barang itu atau untuk menaikkan harga barang," lanjutnya.

Inas menyebut, jika pihak yang menemukan barang itu rupanya lupa zaman sudah berganti.

Kini istilah barang antik tidak lagi seantik dulu karena mengalami proses pembuatan melalui industri.

Pun istilah orang gaib sudah menjelma menjadi situs belanja online yang dengan mudah memesan "barang antik".

"Itulah sebabnya jika dilihat dengan mata awam saja 11 barang antik tersebut terlalu mulus dan utuh untuk disebut antik atau disebut too good to be true,"bebernya.

Sehingga, kata Nasrullah, masyarakat jangan terjebak dari tampilan benda dan narasi yang disampaikan untuk dianggap sakral serta mengandung kekuatan mistik karena hanya manipulasi belaka.

"Jangan tergesa untuk mempercayai sesuatu. Artinya tunggu dulu perkembangan selanjutnya atau dapatkan informasi dari orang yang memiliki pengetahuan secara keilmuan tentang barang antik," tuturnya.

"Bagi kalangan remaja yang melek teknologi bisa dengan mudah mengetahui kesamaan benda tersebut melalui Google Lens. Maka kata 'antik' itu sebenarnya barang yang banyak didapatkan di berbagai media internet," tandasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner