Struktur Dana Pinjaman

Dana Pinjaman 5 Tahun Terakhir Capai Rp436 T, 52 Persen Peminjam Berasal dari UMKM

Persentase peminjam UMKM yang mencapai 52 persen, menunjukan potensi besar wirausaha di Indonesia

Featured-Image
CEO Gradana, Angela Oetama (kanan) saat menerima piagam dalam acara Road to Munas HIPMI XVII di Institut Agama Islam Muhammad Azim, Jambi, Senin (3/10).

bakabar.com, JAKARTA – Pemberian pinjaman untuk UMKM mencapai 52 persen dari total seluruh kegiatan pinjaman di Indonesia. Data tersebut memberikan sinyal minat untuk membuka dan mengembangkan usaha bernilai tinggi, dibandingkan kegiatan konsumsi.

“Nilai itu lebih tinggi dari tahun lalu, yang mendominasi aktivitas pinjaman lebih banyak pada kegiatan konsumtif,” ujar CEO Gradana, Angela Oetama dalam Road to Munas HIPMI XVII di Institut Agama Islam Muhammad Azim, Jambi, Senin (3/10).

Kemajuan teknologi membuat masyarakat memiliki akses yang semakin mudah. Khususnya dalam hal akses mendapatkan permodalan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan wirausaha.

Adapun nilai dana penyaluran di Jambi per Agustus 2022 mencapai Rp317 miliar. Nilai tersebut merupakan total antara tujuan konsumsi dan tujuan produktif atau untuk membuka usaha.

“Total penyaluran dana di seluruh Indonesia dari tahun 2017-2022, sudah mencapai angka Rp436 triliun,” ungkapnya.

Penyaluran tersebut saat ini sudah dilakukan oleh sebanyak 102 perusahaan pinjaman atau fintech. Perusahaan-perusahaan tersebut ini sudah tercatat dan mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Berdasarkan data dari OJK, jumlah data pemberi pinjaman yang terdiri dari individu sampai dengan perusahaan sudah mencapai 345 ribu pihak pemberi pinjaman.

Sedangkan total peminjam, dari data OJK per Agustus 2022 tercatat sebanyak 88 juta peminjam. Data tersebut merupakan gabungan dari peminjam konsumtif dengan produktif.

“Tapi perlu diperhatikan juga kemampuan untuk menyelesaikan cicilannya, masih bermasalah,” ungkapnya.

Persentase kemampuan masyarakat untuk menyelesaikan cicilan rata-rata antara konsumtif dengan produktif mencapai 97,117 persen. Jumlah tersebut belum mencapai 100 persen, karena kemampuan bayar terhadap pihak yang memiliki tujuan membuka usaha persentasenya masih rendah.

“Ini menjadi tantangan untuk masyarakat yang ingin melakukan peminjaman untuk membuka usaha,” kata Angela.

Angela memaparkan kebanyakan masyarakat peminjam produktif saat ini masih didominasi oleh jenis usaha yang berasal dari sektor konstruktor untuk proyek pemerintah.

Kedua, pinjaman berasal dari kalangan untuk tujuan membuka toko yang menyediakan sembako. Disusul ketiga, pembiayaan untuk modal usaha penjualan barang online.

“Sisanya untuk modal sektor pertanian sampai dengan sektor properti,” imbuhnya.

Jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak seharusnya memberi kontribusi besar terhadap nilai rasio kewirausahawanan di Indonesia

Tapi, kata Angela, masih banyak calon peminjam UMKM, yang masih menghadapi tantangan dalam mendapatkan modal. Tantangan tersebut adalah kurangnya pengelolaan dan penerapan teknologi dalam kegiatan usahanya.

“Kebanyakan fintech menuntut calon UMKM untuk melek teknologi. Tujuannya supaya bisa bertahan di era digitalisasi,” pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner