Kalsel

PDAM: Air Sungai Amandit Masih Layak untuk Bahan Air Baku

apahabar.com, KANDANGAN – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Hulu Sungai Selatan menjamin air Sungai Amandit masih…

Featured-Image
Sungai Amandit di Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalsel yang diduga tercemar limbah tambang pasir dan batu bara. Foto diambil pada akhir Juni kemarin. Foto-Istimewa

bakabar.com, KANDANGAN – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Hulu Sungai Selatan menjamin air Sungai Amandit masih layak untuk dikonsumsi masyarakat.

“Hasil [Uji] laboratorium-nya aman dan masih layak untuk dikonsumsi,” kata Kasi Umum dan Kepegawaian PDAM HSS, Syaifudin, kepada bakabar.com, Senin (29/7) siang.

Pantauan bakabar.com, kondisi sungai pemasok utama air baku PDAM itu sering mendadak keruh. Bukan hanya saat hujan melainkan dalam kondisi cerah berawan.

Syaifudin mengatakan PDAM HSS selalu melakukan uji lab setiap bulannya. Dengan pengambilan sampel hasil air bersih ke 10 rumah di Instalasi Kota Kecamatan (IKK) yang berbeda.

“Dalam pemeriksaan sampel kami bekerja sama dengan Bidang Lingkungan Hidup, Dinas Perumahan Rakyat Permukiman dan Lingkungan Hidup HSS,” jelas dia.

Pengecekan tadi sebagai upaya mengendalikan serta memberikan pelayanan prima perusahaan daerah yang hingga 2019 telah memiliki 17.080 pelanggan, di mana 90 persen warga Kota Kandangan telah terlayani air bersih.

Dari catatan bakabar.com, warga yang tinggal di sekitaran Sungai Amandit mengeluhkan pencemaran air yang diduga berasal dari limbah pertambangan batu-pasir (Sirtu) dan batu bara, akhir Juni kemarin.

Wahyu, pemuda asal Desa Jelatang Kecamatan Padang Batung merasakan benar dampak air sungai keruh. Objek wisata air yang mengandalkan hulu sungai jadi sepi pengunjung.

Di bantaran sungai yang menjadi ikon wisata andalan HSS dan urat nadi kehidupan warga, kita dapat menemui sejumlah objek wisata air.

Mulai dari wisata air Hinamut di Desa Jelatang, kemudian wisata Lok Bandang di Durian Rabung, dan wisata Banyu Landas di Desa Jembatan Merah. Sejumlah wisata air itu dikelola swadaya oleh warga kecamatan Padang Batung.

"Air keruh sangat berdampak bahkan ada beberapa wisata air yang terganggu karena airnya keruh wisata tersebut ditutup," kata Wahyu kepada bakabar.com, kala itu.

Di desanya, Wahyu dan warga lain sangat bergantung sungai yang membelah sejumlah kabupaten tersebut. "Sekarang pengunjungnya sudah tak banyak lagi," ujar dia.

Dikatakan Wahyu lagi Sungai Amandit kalau airnya keruh dari hujan sangat berbeda, tidak bertanah dan berbau, lalu tidak terlalu lama bersih kembali.

Wahyu berharap semua warga Jelatang dan umumnya yang terdampak selalu menjaga kebersihan agar air Sungai Amandit bisa digunakan kembali.

"Kami masyarakat bukan tidak tahu keruh itu dari mana dan dari apa. Kami tidak ikut campur urusan limbah, yang penting air Sungai Amandit harus selalu bersih," jelas Wahyu.

Menanggapi keluhan warga, Wakil Bupati Syamsuri Arsyad yang juga ketua tim khusus Penanganan Penurunan Kualitas Air Amandit angkat bicara.

Mewakili pemerintah daerah, Syamsuri tak kalah prihatin sekaligus khawatir terkait pencemaran yang terjadi belakangan waktu ini.

"Kami sudah kirim surat bantuan pengawasan sungai, serta surat laporan sungai kotor ke Dinas Pertambangan Provinsi Kalimantan Selatan, maupun Inspektur Tambang dengan tembusan ke Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan," jelas dia.

Merespon kasus pencemaran ini, Pemkab setempat membentuk tim khusus yang diisi Dinas LH, Dinas Kesehatan, Dinas PU serta dinas terkait lainnya.

"Jangan dikira kami tidak peduli dan merasa nyaman air Sungai Amandit tidak pernah bersih bersih," jelas Syamsuri kepada bakabar.com, Selasa siang.

Senada, Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup HSS, Saputra memastikan pihaknya terus melakukan pengawasan rutin.

"Pengawasan terhadap kegiatan penambangan batu bara yang memiliki izin. Terutama terkait pembuangan air limbah agar tidak melebihi ambang batas tingkat kekeruhan yang diizinkan," ujar dia.

Dugaan tercemarnya Sungai Amandit yang menjadi sumber urat nadi warga akibat aktivitas pertambangan memantik reaksi keras Komisi III DPRD Hulu Sungai Selatan (HSS) Muhlis Ridani.

Sungai di lereng Pegunungan Meratus yang juga menjadi arena arung jeram atau Bamboo Rafting itu diduga kuat tercemar limbah tambang pasir-batu (Sirtu) dan batu bara. Pencemaran ini membuat aliran sungai menjadi keruh, dan berwarna kuning pekat.

Baca Juga: Resmi, Natanegara Pimpin Kakanwil Kemenkumham Kalsel

Baca Juga: Biddokkes Polda Kalsel Tasyakur Masjid Sekaligus Bakti Kesehatan

Reporter: Simah
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner