bakabar.com, JAKARTA – UMKM kriya turut mengambil peran dalam pertumbuhan bangsa Indonesia. Tidak heran, kriya merupakan motor penggerak pada sektor ekonomi kreatif, dan juga sebagai wadah dalam melestarikan adat dan budaya tanah air.
Dalam menumbuhkembangkan UMKM kriya di tanah air, perlu adanya kolaborasi dari berbagai pihak, baik pemerintah, komunitas, civitas akademika, dan juga asosiasi. Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia (ADPII) merupakan salah satu asosiasi yang peduli terhadap tumbuh kembang kriya di tanah air.
Pendiri ADPII, Freddy Chrisswantra dalam pagelaran Cerita Kriya yang diselenggarakan di Bali, mengatakan siap mendorong ADPII menjadi agregator bagi pelaku UMKM kriya.
"Saya melihat adanya sebuah peluang ADPII menjadi agregator di lingkup UMKM kriya," kata Freddy Chrisswantara melalui keterangan tertulis, Rabu (14/9).
Menurut Freddy, membangun diferensiasi menjadi penting bagi UMKM sektor kriya. Sebab, selama ini berdasarkan pengamatannya di bawah, ia menemukan keseragaman produk yang dinilainya kurang tepat. Karena itu, diperlukan diferensiasi produk, sehingga memiliki nilai lebih di mata konsumen.
Lebih jauh, Freddy berharap ke depannya pelaku usaha kriya juga harus memperhatikan produk yang dibuat berdasarkan keinginan pembeli. Karena menurutnya selama ini banyak yang hanya mengikuti apa yang sedang tren saat ini.
"Tujuan utamanya adalah value, itulah yang akan ADPII suarakan di ranah kriya," jelas Freddy.
ADPII merupakan sebuah asosiasi yang mewadahi profesional desain produk industri sejak tahun 1975, dan resmi dideklarasikan dalam bentuk badan hukum perkumpulan pada tahun 2014.
ADPII menaungi para profesional desainer professional, mewujudkan produk industri dari berbagai bidang mulai dari skala kecil menengah seperti craft, furniture, jewelry, tas dan sepatu, menjadi kan tuan rumah di negara sendiri hingga industri manufaktur seperti industri transportasi, karoseri, dan perlengkapan militer.
"Mulai dari membuat produk untuk ritel hingga bidang jasa konsultasi desain. ADPII memperjuangkan tegaknya kemapanan profesi Desain Produk Indonesia," katanya.
ADPII juga menghimpun dan mewadahi anggotanya untuk berkarya serta aktif dalam mengembangkan dan memajukan profesi. Selain itu, juga menjadi mitra pemerintah dalam memberikan rekomendasi kebijakan serta menjamin nilai keprofesian desain produk.
Saat ini pun, lanjut Freddy, ADPII telah memiliki 400 anggota desainer produk aktif yang tersebar di 5 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Disamping itu, ADPII juga menaungi 27 Universitas yang memiliki jurusan desain produk.
Freddy menambahkan, bagaimana pentingnya menentukan identitas Indonesia melalui desain. Menurutnya saat ini kita bisa mengacu pada tren yang bersifat kontemporer, sebagai penarik pembeli. Namun demikian Freddy tetap mengingatkan, agar tetap menjaga keseimbangan, hal ini agar membawa nilai baik dari tradisi sehingga dapat diterima di pasar global.
"Kita bisa combine (tradisi dan modern), agar menjadi ide dan identitas baru," pungkasnya.
Reporter: Dian Finka