Tak Berkategori

Omzet Pasar Wadai Turun, Efek Lahan Bekas Kuburan?

apahabar.com, BANJARMASIN – Pelaksanaan Pasar Wadai Ramadan tahun ini dicap gagal oleh mayoritas pedagang. Ada dua…

Featured-Image
Hari pertama puasa, pengunjung memadati Pasar Ramadan Taman Kamboja Banjarmasin. Foto-apahabar.com/Bahaudin Qusairi

bakabar.com, BANJARMASIN – Pelaksanaan Pasar Wadai Ramadan tahun ini dicap gagal oleh mayoritas pedagang. Ada dua musababnya. Pertama, terkait lokasi. Dan, yang kedua hal berbau mistis.

Ya, penyelenggaraan Pasar Wadai tahun ini memang menanggalkan kesan Kota Seribu Sungai, lantaran jauh dari bibir sungai.

Alih-alih memilih kawasan Siring, Pemkot Banjarmasin justru memilih Taman Kamboja di Jalan Anang Adenansi, Kertak Baru Ulu, Banjarmasin Tengah.

Digelar di area Expo Taman Kamboja sejak 6 Mei, Pasar Ramadan sejatinya baru saja berakhir, Minggu (2/6) kemarin.

Hasilnya, kalkulasi perputaran uang disebutkan mengalami penurunan dibandingkan pasar Ramadan yang kerap digelar depan Balai Kota, Jalan RE Martadinata.

Menurut Ketua Pelaksana Pasar Ramadan 1440 Hijriah, Muhammad Noor, penurunan omzet itu dialami hampir semua pedagang, baik tradisional maupun modern.

Noor berujar, adanya isu miring terkait mitos berdampak pada kurangnya jumlah omzet pedagang kuliner.

Lapak lokasi yang digunakan untuk Pasar Ramadan tahun ini merupakan eks pemakaman Kristen warga Belanda.

“Perputaran uang malah sedikit menurun, karena selama pelaksanaan, saya banyak mendapatkan keluhan pedagang kesulitan menjual dagangannya karena Pasar Ramadan ini dulunya bekas kuburan,” ujarnya kepada bakabar.com, Senin (3/6).

Pedagang, kata dia, kerap mendengar bisikan gaib selama beraktivitas menjajakan barang dagangannya di Pasar Ramadan.

Kondisi serupa rupanya tidak hanya berlaku pada pedagang, namun pembeli yang berkunjung.

Hal mistis demikian berimbas pada kurangnya penghasilan pedagang kuliner selama 26 hari berlangsungnya pasar tersebut.

Angka ini didapat dari pedagang resmi yang terdaftar pada 150 stand di Pasar Wadai Ramadan.

"Mereka mendapat keuntungan atau laba dalam seharinya rata-rata sekitar Rp 1-2 juta. Jumlahnya 150 pedagang dikali 26 hari beroperasi,” ujar M Noor.

Kemudian, lanjutnya lagi untuk 30 tenda putih utama lebih dominan merebut omzet penjualan. Mereka meraih laba antara 2-3 juta perhari.

Sedangkan untuk Pedagang Kaki Lima (PKL) yang jumlah 130 lapak mendapatkan keuntungan Rp 500 ribu perharinya.

Selain hal gaib, ada faktor lainnya yang ikut memengaruhi. Yakni, turunnya partisipasi pedagang jajanan tradisional khas Banjar.

Sekitar 20/30 persen pedagang tradisional posisinya digantikan dengan jajanan khas modern.

Sebelumnya, Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina optimistis perputaran uang di sana menyentuh angka miliaran rupiah.

"Selama 30 hari, mungkin saja miliaran," ujar Ibnu kala meresmikan pasar yang menjual jajanan khas Banjar itu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin Ehsan El Haque menambahkan, sebanyak 150 lapak atau stand disediakan pada tahun ini. Itu belum ditambah lagi lebih dari 100 pedagang kaki lima.

Baca Juga: Malam Selikur Ramadan, Umat Islam Padati Taman Kamboja

Baca Juga: Nuansa Islami Terasa di Pasar Ramadan Kamboja

Reporter: Bahaudin Qusairi
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner