bakabar.com, BANJARMASIN – Sudah 12 pekan lamanya masyarakat Banjarmasin merasakan pembatasan pemberlakuan kegiatan masyarakat (PPKM) level IV.
Wali Kota Ibnu Sina beranggapan pembatasan darurat sudah terlampau membebani warganya. Surat protes pun dilayangkan ke Menteri Airlangga Hartarto. Wali kota dua periode ini berharap sang menteri mau meninjau kembali kebijakan PPKM yang berlaku hingga 18 Oktober mendatang.
Seakan tak memedulikan instruksi pemerintah pusat, Ibnu Sina pun memberi lampu hijau penyelenggaraan Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) 2021. Pameran produk kain tradisional khas Kalimantan Selatan ini digelar mulai hari ini hingga 10 Oktober mendatang.
"Dibatasi 100 orang yang hadir," ujar Ibnu, Jumat (8/10) kemarin. "Kita memberi contoh, even boleh digelar tapi dengan protokol kesehatan ketat," sambungnya.
Lantas, bagaimana situasi Covid-19 Banjarmasin saat even ini digelar?
Menurut Anggota Tim Pakar Covid-19, Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Hidayatullah Muttaqin situasi penularan korona satu minggu terakhir semakin membaik.
Hal itu ditunjukkan oleh menurunnya level asesmen Covid-19 Banjarmasin yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan RI dari semula level 3 turun menjadi level 2 sejak 5 Oktober.
Perbaikan tersebut didorong oleh menurunnya kasus kematian dan meningkatnya tracing dalam satu minggu terakhir.
Hal itu menggeser transmisi komunitas turun ke level 1 sedang kapasitas respons sistem kesehatan meningkat dari “terbatas” menjadi “sedang.
"Tentu perbaikan ini kita syukuri tetapi juga jangan sampai membuat kita lengah bahkan sampai euforia melakukan kegiatan yang berpotensi memicu penularan Covid-19," Taqin dihubungi terpisah.
Kendati begitu, Taqin memandang BSF tetap saja riskan digelar sekalipun situasi pandemi sedang membaik.
Alasannya, pertama, Banjarmasin masih dalam pelaksanaan PPKM level 4 meskipun penetapannya diprotes pemerintah kota.
Kedua, pelonggaran yang melewati batas PPKM level 4 oleh pemerintah kota berpotensi memicu euforia di masyarakat.
"Sehingga masyarakat juga akan semakin longgar dalam penerapan prokes."
Menurutnya, sejak awal, penerapan PPKM level 4 di Banjarmasin sudah longgar. Sehingga wajar saja Kota Seribu Sungai termasuk wilayah yang paling lambat keluar dari PPKM Level 4.
"Ketiga, kita sudah pernah mengalami penurunan gelombang kedua Covid-19 sejak akhir April lalu hingga kasus konfirmasi harian juga relatif rendah pada Mei dan Juni," jelas dosen ilmu ekonomi dan studi pembangunan ini.
Tapi di masa penurunan tersebut mobilitas masyarakat kembali melonjak, khususnya setelah liburan panjang lebaran.
Kondisi pelonggaran selama dua bulan tersebut tanpa disadari telah menjadi pupuk pertumbuhan dan penyebaran Covid-19 khususnya varian Delta di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan.
"Akibatnya tiba-tiba aja kita mengalami ledakan kasus konfirmasi dan kematian Covid-19 pada gelombang ketiga," ujarnya.
Gelombang ini dilaporkan menyebabkan 3.074 kasus konfirmasi dan 49 kematian pada Juli di Banjarmasin. Padahal pada Juni hanya ada 202 kasus konfirmasi dan 3 kasus kematian.
Kemudian pada Agustus jumlah warga yang dikonfirmasi positif Covid-19 bertambah menjadi 2.822 kasus sedangkan yang meninggal naik 4 kali lipat menjadi 213 orang.
Fraksi PKS Kritik Protes Wali Kota Ibnu ke Menteri Airlangga
Pada September kasus konfirmasi sudah turun tetapi masih tinggi, yaitu 511 kasus. Adapun kasus kematian masih cukup besar, yakni sebanyak 62 kasus.
"Saya khawatir pelonggaran yang sudah longgar saat ini akan mengulang kondisi yang sama," jelasnya.
Yaitu memunculkan kembali siklus berupa meningkatnya penularan dan risiko kematian dalam satu hingga dua bulan ke depan. Artinya apa yang dilakukan Pemkot saat ini akan sangat menentukan potensi kemunculan gelombang keempat di Banua.
Keempat, vaksinasi dosis 1 sudah tembus 52% dari target yang ekuivalen dengan 41% jumlah penduduk Kota Banjarmasin. Sedang dosis 2 baru mencapai 32% dari target atau 25% dari total populasi kota.
Vaksin membantu warga memitigasi risiko jika terpapar Covid-19 baik risiko kesakitan, masuk rumah sakit maupun risiko kematian.
Perlindungan ini khususnya bagi yang sudah divaksin dua kali. Tetapi usaha membentuk kekebalan komunitas masih belum memadai karena masih rendahnya capaian vaksinasi lengkap dua dosis, yakni baru meliputi 25% populasi kota.
Di sisi lain, antibodi seseorang dapat mengalami penurunan setelah 6 bulan penyuntikan dosis kedua. Hal ini berarti warga yang telah melewati waktu satu semester vaksinasi lengkap perlu suntikan booster ketiga.
"Capaian vaksinasi di Banjarmasin memang yang tertinggi di Kalsel."
Hal itu wajar mengingat Banjarmasin sebagai ibu kota provinsi, memiliki kemampuan, SDM dan fasilitas lebih baik dibanding daerah lainnya di Kalsel sedang wilayahnya kecil saja.
Tetapi jika dikomparasikan dengan 514 kabupaten dan kota di Indonesia, menurut Taqin, capaian vaksinasi satu dosis menempatkan Banjarmasin di peringkat ke-121 sedang untuk dosis 2 pada urutan nomer 98.
"Jadi berdasarkan empat faktor tersebut, kegiatan pelonggaran yang contohnya diberikan pemerintah kota cukup riskan," Taqin mengakhiri analisisnya.
PPKM Level 4 Diperpanjang, Pemkot Malah Gelar Banjarmasin Sasirangan Festival