bakabar.com, MARTAPURA – Raut gembira terpapar di wajah Salmiah (57). Ia bersyukur bunga ziarah jualannya laku keras di momen hari raya Idulfitri 1441 Hijriah ini.
Pasalnya, selama virus corona batu atau Covid-19 mewabah di Kabupaten Banjar, daya beli masyarakat pada bunga mendadak layu.
Sudah jadi kebiasaan, bunga yang disusun sedemikian rupa itu, digunakan untuk keperluan ziarah, acara keagamaan, hingga resepsi pernikahan.
Kini, semua kegiatan yang mengumpulkan orang banyak ditiadakan, termasuk kubah para wali juga ikut ditutup.
Alhasil, sangat berdampak pada penjualan bunga. “Kada kawa dikisah ai sudah, ada yang kada payu lalu saharian (sulit diceritakan, pernah seharian tidak laku sama sekali, Red),” ucap Salmiah, Minggu (24/05).
Nenek asal Kampung Jingah Habang, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar ini sudah belasan tahun berjualan bunga di depan Pasar Kayutangi, samping Pasar Batuah Martapura, bersama belasan pedagang bunga lainnya.
“Sudah lawas (jualan bunga). Berapa belas tahun kah sudah,” tutur Acil Isal -sapaan akrabnya- sambil mengingat-ingat.
Kebanyakan dari mereka penjual adalah masih satu kampung. Karena memang di Jingah Habang banyak petani bunga.
Seusai salat Id, puluhan item rangkaian bunga sudah tersusun rapi di atas meja lapaknya. Di sela-sela pembeli datang, ia memanfaatkan waktu untuk merangkai bunga yang belum jadi.
Setidaknya ada tiga macam bunga yang dicampur dari beberapa bunga yang dijual. Ada bunga tabur, bunga yang dirangkai di kulit pohon pisang, dan bunga hias menggunakan pot. Yang terakhir ini paling mahal, Rp50 ribu. Dua lainnya berkisar 10 dan 15 ribu. Bunga yang digunakan adalah bunga kenanga, melati, dan bunga kertas.
Dampak wabah Covid-19 ini menjadi pengalaman pertama Acil Isal mengalami penurunan drastis dalam penjualan bunga.
Memang, di Martapura jualan bunga melati cukup menjanjikan, mengingat banyaknya peziarah datang dari berbagai penjuru ke kota berjuluk Serambi Makah itu. Belum lagi untuk keperluan lainnya.
Jika di hari biasa, ia dapat menjual bunga 10 sampai 15 rangkai. Kalau hari libur, bisa mencapai 20 rangkai.
“Sebelum lebaran ini pernah bunga sampai layu, karena tidak laku. Kalau pagi ini sudah 15 tangkai dibeli,” tutur Acil Isal, sapaan akrabnya.
Di momen hari raya Idulfitri ini, sudah menjadi tradisi usai salat Id, warga menziarahi makam orangtua atau keluarga karib.
Para peziarah membawa tabur atau rangkai untuk diletakkan atau ditaburkan di atas makam. Biasanya, satu makam minimal meletakkan satu rangkai.
“Hari ini saya beli beberapa rangkai bunga, total 50 ribu, untuk ziarah ke makam keluarga,” ujar M Thohir, warga Martapura usai membeli bunga kepada pedagang di samping Acil Isal. Ia menuturkan, sudah langganan beli bunga di pasar Kayutangi ini.
Reporter: Hendra Lianor
Editor: Aprianoor