bakabar.com, BANJARBARU – Berawal dari salah pergaulan, banyak anak usia remaja di Banjarbaru mencoba narkoba untuk sekadar dianggap keren.
Awal mulanya, mereka mencoba dengan meracik sendiri dari bahan yang mudah didapatkan di apotek. Hingga menjadi candu.
Hal itu disampaikan Dokter Psikiater, Winda Oktari. Di mana kebanyakan pasien yang ia tangani berusia belasan tahun.
“Yang datang ke saya rata-rata umur 17 tahunan, tapi umur 15 tahun juga ada,” ujarnya kepada bakabar.com, Sabtu (16/10).
Usia muda merupakan usia rentan untuk coba-coba, ingin tahu, kemudian ingin diterima dalam pergaulan.
Sehingga yang marak disalahgunakan pertama adalah obat obatan yang gampang dicari di warung, atau apotek yang mana dapat memberi efek hemat.
Sedang untuk pengguna narkoba jenis sabu atau jenis mahal, lebih kepada mereka yang berusia 20 tahunan atau sudah berpenghasilan sendiri.
Lantas, apa mayoritas alasan para pengguna narkoba?
Winda mengatakan untuk para remaja lebih kepada salah pergaulan, ikut – ikutan dan ingin diakui. Sehingga tidak melulu karena ada masalah keluarga.
Kecanduan zat zat adiktif dalam narkoba akan membuat perubahan perilaku, pikiran dan emosi. Itu kata Winda termasuk salah satu penyakit gangguan jiwa yang tidak bisa diabaikan. Apalagi jika sudah mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga kualitas hidupnya tidak baik.
Oleh karenanya, Winda mengajak masyarakat khususnya Banjarbaru untuk menjauhi narkoba. Sebab risiko narkoba sebutnya sangat panjang ketimbang efek atau nikmatnya yang hanya sesaat.
“Buat teman-teman atau masyarakat yang masih menggunakan narkoba, udah deh enggak usah makai lagi karena enggak ada untungnya,” tegasnya
Selain memengaruhi masa depan, arkoba juga sangat memengaruhi kualitas hidup dan kesehatan kita. “Jadi setop narkoba lebih baik daripada mempertahankan hidup yang tidak sehat,” tuntasnya.
Kepala Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Banjarbaru, AKBP Agus Lukito mengatakan terjadi peningkatan kasus narkoba di 2021 dibanding 2020 lalu.
“Kita kembali sampaikan bahwa bahaya narkoba ini luar biasa. Dia ada di mana-mana, termasuk di sekitar kita,” kata Agus Lukito pada Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2021, lalu.
Dilanjutnya, dari data pembaharuan yang mereka kantongi hingga pertengahan tahun. Agus menyebut dari seksi pemberantasan sudah ada lima kasus yang diungkap hingga pertengahan tahun ini.
“Di tempat kita (BNNK Banjarbaru) tahun 2020 lalu hanya ada lima kasus, sekarang pertengahan tahun ini sudah ada lima kasus. Jadi kita tidak bisa menyatakan kita zero atau tidak ada narkoba, barang ini ada dimana-mana,” terangnya
Dari sisi rehabilitasi yang dilayani BNNK Banjarbaru, sekarang kata Agus, setidaknya ada kurang lebih 40 pasien yang mereka tangani.
“Mereka yang kita rawat rata-rata usia produktif, bahkan sampai ada yang harus kita kirim ke balai Rehabilitasi di Tanah Merah Kaltim untuk penanganan lebih lanjut,” bebernya.
Agus menegaskan bahwa penanganan kasus penyalahgunaan narkoba ini tak hanya dari sisi pengungkapan saja. Melainkan juga dari upaya mitigasi secara dini.