bakabar.com, BANJARMASIN - Penemuan mortir menggegerkan warga di Gunung Damarwulan, lingkungan PTPN 13 di Desa Ambungan, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut.
Sebagai informasi, mortir adalah senjata artileri yang diisi dari depan.
Biasanya senjata ini menembakkan peluru dengan kecepatan yang rendah. Mortir cukup dikenal pada abad ke-18 oleh bangsa Eropa.
Pada mulanya mortir digunakan untuk melakukan serangan ke dalam atau ke luar sisi benteng pertahanan.
Hal itu dikarenakan lengkung tembakannya dapat menjangkau melewati dinding benteng yang tinggi.
Sehingga dengan mudah menghantam musuh yang berada di balik tembok benteng pertahanan.
Di Tanah Laut, sebuah mortir ditemukan seorang petani karet yang hendak membersihkan lahan, Sabtu (2/1) kemarin.
Sontak, temuan itu bikin heboh warga sekitar. Personel Polres Tanah laut langsung mengontak Tim Gegana Brimob Polda Kalsel. Mereka langsung mengamankan wilayah tersebut.
Hasil identifikasi, mortir dinyatakan polisi masih aktif. Mortir langsung diledakkan dengan jarak sekitar 300 meter dari tempat penemuan.
Lantas kapan perkiraan mortir aktif tersebut diproduksi?
Dosen Muda Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP ULM Banjarmasin, Mansyur, belum bisa memastikan.
Terlebih mortir sudah diledakkan. Tidak bisa diteliti secara fisik. Juga perlu waktu panjang untuk diidentifikasi. Walau demikian, terdapat beberapa dugaan.
“Diperkirakan mortir ini adalah senjata eks Rikugun Jepang," ucap Mansyur kepada bakabar.com, Minggu (3/1) siang.
Dari sejumlah arsip dan catatan sejarah Banjar, masa Revolusi Fisik tahun 1945-1949, Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) yang bermarkas di Belitung Banjarmasin pernah melakukan pencarian senjata eks Rikugun Jepang di Ambungan, Tanah Laut.
Pencarian kala itu diawaki oleh Abdurrahman Abbas dan M. Suriansyah di pedalaman Ambungan Pelaihari, sekitar 15 kilometer ke arah bukit. Mengapa di Ambungan?
“Karena di sinilah pada Juli 1945 silam, sejumlah pelajar Tjugakko Banjarmasin pernah bekerja bakti 'kinroshosi' yang terakhir,” ujarnya.
Kala itu, mereka bertugas memindah harta rampasan sekutu dari Ambungan ke bukit-bukit yang dijadikan basis Tentara Rikugun (Angkatan Darat).
Menurutnya, daerah Ambungan memang pernah menjadi basis dari pasukan MN 1001 yang sebagian besar anggotanya berasal dari masyarakat Kurau, Gambut dan daerah sekitarnya (pesisir laut, red).
"Oleh karena itu, di daerah tersebut berdiri markas-markas pangkalan. Di antaranya markas Pangkalan Handil Lawahan pimpinan Satar Djinal, Handil Gunung Kuliling pimpinan Mukri Asang, dan pangkalan lainnya."
Sementara di Ambungan, terdapat Pangkalan Pasar Ambungan yang dipimpin Matsin. Diperkirakan lokasi Pasar Ambungan inilah yang menjadi lokasi pasar di lingkungan PTPN 13 sekarang, tempat ditemukannya mortir.