bakabar.com, BANJARMASIN - Presiden Joko Widodo menyambangi korban banjir Kalimantan Selatan, pada Senin (18/1) kemarin.
Ketika itu, Presiden Jokowi menumpangi mobil SUV Toyota Land Cruiser.
Menariknya, mobil Jokowi nekat menerobos banjir saat melintas di Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kalsel.
Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana menyarankan agar aksi menerobos banjir ini tidak ditiru oleh pengendara lain. Mengingat, risikonya sangat besar.
"Sebagai pengemudi pada umumnya, sebaiknya jangan atau tidak mengikuti, karena banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan. Faktor kendaraan, pengemudi dan keselamatan," ucap Sony dilansir detikOto, Selasa (19/1).
Jika arus deras, kata dia, maka resikonya mobil akan diseret banjir. Bahkan dalam beberapa kondisi, mobil bisa terbalik.
"Kemungkinan terjebak di tengah-tengah banjir dan mempersulit proses evakuasi," katanya.
Nahasnya lagi, sambung dia, mobil yang menerobos banjir itu juga bisa rusak. Terlebih apabila airnya tersedot ke dalam ruang bakar. Walhasil bisa menyebabkan water hammer, mesinnya jebol dan perbaikan mahal.
Sementara itu, Head Dealer Technical Support PT Toyota-Astra Motor (TAM) Didi Ahadi menjelaskan akan berakibat fatal jika mobil menerobos banjir dan airnya masuk ke saluran hisap (intake) mesin.
Untuk Toyota Land Cruiser yang digunakan Jokowi, Didi memperkirakan intake mesin lebih tinggi daripada air sehingga mobil tidak mogok.
"Kita harus ukur dulu tingginya hisap, biasanya ada corongnya itu. Apakah di atas grille, segala macam. Kita lihat dulu tingginya intake itu seberapa tinggi dari banjir. Kalau misalnya kita rasakan rendah saya sih nggak berani. Karena kalau terhisap akan terjadi water hammer," jelasnya.
Water hammer adalah kondisi ketika air masuk ke ruang bakar mesin. Air tidak bisa terkompresi oleh mesin sehingga yang terjadi setang piston bengkok bahkan bisa menyebabkan silinder mesin pecah.
"Mungkin itu (mobil Jokowi menerobos banjir) karena satu jalur (satu arah) karena kalau dua jalur itu bahaya juga tuh. Karena kan pasti ada riak/gelombang airnya. Kalau misalnya dua arah, kayak kapal lewat, gelombangnya kan cukup tinggi. Nah itu yang menurut saya juga cukup bahaya kalau bisa kehisap," pungkasnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo bertolak menuju Kalimantan Selatan, pada Senin (18/1), sekitar pukul 10.05 WIB.
Presiden berangkat menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 dari Pangkalan TNI-AU Halim Perdanakusuma menuju Pangkalan TNI-AU Syamsuddin Noor.
Presiden Jokowi meninjau sejumlah lokasi banjir di Kalsel. Salah satunya Kelurahan Pekauman, Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar.
Presiden Jokowi juga meninjau Jembatan Mataraman di Jalan Achmad Yani Kilometer 55, yang terputus akibat terjangan banjir.
Ratusan Ribu Warga Terdampak
Badan Penanggulangan Bencana Daerah melaporkan, hingga Minggu 17 Januari, terdapat 210.320 warga di 10 kabupaten/kota terdampak banjir di Kalsel.
Mereka berasal dari 63.454 kepala keluarga. Rinciannya, jumlah korban banjir tertinggi berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan 64.400 jiwa, Kabupaten Banjar 53.865 jiwa, Barito Kuala 28.400 jiwa, Tanah Laut 27.815 jiwa, Balangan 17.501 jiwa, Banjarbaru 8.671 jiwa, Hulu Sungai Selatan 6.690 jiwa, Tapin 1.492 jiwa, Tabalong 770 jiwa, dan Banjarmasin 716 jiwa.
BPBD Kalsel juga mencatat 22.543 rumah terendam, dan sebagian rusak akibat terjangan banjir. Air bah juga meluluhlantakkan 68 jalan, 14 jembatan, 8 rumah ibadah, dan 11 sekolah.
Setidaknya, 37.756 jiwa terpaksa mengungsi dari kediamannya. Ironisnya, bencana ekologis ini juga telah menelan 15 korban jiwa. Mereka berasal dari Tanah Laut 7 orang, masing-masing 3 orang dari Banjar, dan HST, serta 1 orang masing-masing dari Banjarbaru, dan Tapin.
Analisis LAPAN
Lembaga Penerbangan, dan Antariksa Nasional atau LAPAN, menemukan luasan genangan banjir tertinggi mencapai 60 ribu hektare di Barito Kuala, Kabupaen Banjar 40 ribu hektare, Tanah Laut 29 ribu hektare, Kabupaten Hulu Sungai Tengah 12 ribu hektare, Hulu Sungai Selatan 11 ribu hektare, Tapin 11 ribu hektare, dan Tabalong sekitar 10 ribu hektare.
Sementara luas genangan air di Kabupaten Balangan, Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, Hulu Sungai Utara, Kota Banjarmasin, hingga Kabupaten Murung Raya antara 8 sampai 10 ribu hektare.