bakabar.com, KOTABARU – Masih ingat kasus kematian Ricky Parulian, mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB)?
Mahasiswa semester akhir itu ditemukan terbujur kaku di kawasan Tambang PIT 4 PT Arutmin, Desa Sangsang, Kecamatan Kelumpang Tengah, Kabupaten Kotabaru, Sabtu (25/1) silam.
Terbaru, polisi membeberkan hasil laboratorium forensik terkait penyebab kematian jasad peneliti dari Teknik Geologi ITB itu.
Dari hasil Laboratorium Forensik Surabaya, ada beberapa kesimpulan didapat polisi.
“Di antaranya, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan, atau racun pada tubuh Ricky,” ujar Kasat Reskrim Polres Kotabaru, AKP Abdul Jalil melalui Kapolsek Kelumpang Tengah, AKP Iksan Prananto kepada bakabar.com, Selasa (28/7) sore.
Menurut Iksan, beberapa kesimpulan lain menyebut terdapat tanda-tanda kekurangan oksigen pada otot bilik jantung kanan.
Besar kemungkinan, kata dia, Ricky meninggal dunia akibat penyakit jantung yang dideritanya.
“Jadi, itu kesimpulan final, hasil Labfor Surabaya yang dikeluarkan sejak akhir Februari 2020 lalu,” terang Iksan.
Ricky Parulian mahasiswa semester akhir itu tewas saat melakukan penelitian di area tambang batu bara di PT Arutmin, Kotabaru.
Jenazah Ricky telah dikebumikan di kampung halaman Rantauprapat, Sumatra Utara, setelah diautopsi, Minggu 26 Januari atau sehari setelah kejadian.
Meninggalnya Ricky, mahasiswa Institut Teknologi Bandung di kawasan tambang PT Arutmin sempat menimbulkan banyak pertanyaan.
Hasil autopsi akhir Januari itu juga tak ditemukan tanda kekerasan atau bekas penganiayaan di jasad Ricky. Berdasarkan pengakuan sejumlah saksi mata, tubuhnya masih utuh.
“Saya lihat dari hidung keluar darah. Tangannya biru dan kaku, bengkak-bengkak normal. Perutnya yang bengkak sekali,” ungkap staf pendamping dari PT Arutmin, Maulana kepada kakak Ricky, Adpen dalam sambungan telepon yang diterima bakabar.com, kala itu.
Sebelumnya, tim dari pihak perusahaan, kepolisian, kepala desa hingga warga lokal menemukan jasad Ricky sekitar 1,7 kilometer dari lokasi penelitian.
Ricky ditemukan masih menggunakan pakaian yang dia kenakan sejak pagi, lengkap dengan helm dan masker. Barang-barang seperti palu, kompas dan ponsel pribadinya pun masih ada.
“Kondisinya jatuh, helm tertutup dan masih menggunakan masker. Semua barang berharganya masih ada,” sebut dia.
Meski dalam posisi terjatuh, namun helm pelindung tidak mengalami kerusakan. Dalam pemeriksaan sekilas, tidak terdapat bekas pukulan ataupun gigitan binatang.
“Kalau penglihatan petugas tadi tidak ada. Cuman akan diautopsi nanti untuk dicari tahu penyebabnya,” urainya kala itu.
Ricky menghilang saat berada di lokasi penelitiannya tak jauh dari lokasi tambang PT Arutmin. Saat itu Ricky tidak ditemani satupun pendamping, karena insiden longsor di area lainnya.
Ricky disebut pergi tanpa persetujuan perusahaan dengan menumpang tim proyek yang menuju area yang sama.
“Tim project telah menginfokan bahwa telah mengantar dan menemani Ricky di area itu sampai Jumatan [salat]. Saya masih ada pekerjaan sampai setengah 5 tadi,” jelas Maulana dalam sambungan telepon.
Jasad Ricky ditemukan setelah pencarian kurang lebih 17 jam, dari pukul setengah 5 sore hingga setengah 10 keesokan paginya. Ricky ditemukan di lokasi yang dianggap angker oleh warga, di sekitar pohon Beringin dalam kondisi tidak bernyawa.
Editor: Fariz Fadhillah