Sejarah Magelang

Menyusuri Bekas Markas Kempetai dan Hollandsche Chineesche School

Sekolah kejuruan di Magelang yang mendidik siswa agar siap bergerak di bidang pariwisata itu, dulunya adalah Hollandsche Chineesche School (HCS).

Featured-Image
SMK Wiyasa Magelang (Apahabar.com/Arimbihp)

bakabar.com, MAGELANG - Sekolah kejuruan di Magelang yang mendidik siswa agar siap bergerak di bidang pariwisata itu, dulunya adalah Hollandsche Chineesche School (HCS).

Magelang adalah kota yang banyak menyimpan sejarah tentang Indonesia. Tak hanya candi, bangunan masa kolonial, hingga cerita menjelang kemerdekaan tergambar di setiap sudut Kota Sejuta Bunga ini.

Salah satu yang memiliki cerita tentang kolonialisme dan saksi perjuangan rakyat Indonesia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wiyasa Kota Magelang.

Sekolah kejuruan yang mendidik siswa agar siap bergerak di bidang pariwisata itu dulunya adalah Hollandsche Chineesche School (HCS) atau sekolah didikan Belanda untuk masyarakat Tionghoa.

Sekolah tersebut didirikan pemerintah Hindia Belanda didirikan pada 2 September 1913.

"Pendirian HCS sebagai cara pemerintah kolonial untuk mencegah pergerakan masyarakat Tionghoa di masa itu," kata sejarawan Magelang, Gusta Wisnu Wardhana, Minggu (4/11).

Terlebih, mengingat  sebelum adanya HCS, masyarakat Tionghoa sudah mendirikan sekolah khusus dengan nama Tiong Hoa Hwee Koan (THHK).

Seiring berjalannya waktu, saat Jepang menguasai Magelang dan mulai menggeser kedudukan Hindia Belanda pada 6 Maret 1942, HCS berubah fungsi menjadi markas kempetai.

Kempetai adalah satuan polisi militer Jepang yang ditempatkan di seluruh daerah jajahan Jepang.

"Pada masa itu, markas Kempetai pernah menjadi tempat untuk menyelesaikan masalah pencopotan bendera Merah Putih yang dipasang di tembok Hotel Nikita," jelasnya.

Tragedi pencopotan bendera tersebut kondang di Magelang dengan sebutan “Insiden Hotel Nikita”.

Namun, panjangnya perundingan tetap tidak menemukan kesepakatan di antara pemuda Indonesia dan tentara Jepang dan menyisakan kekecewaan para pemuda.

Kekecewaan para pemuda Indonesia atas Insiden Hotel Nikita diluapkan dengan menyerbu markas kempetai pada 25 September 1945.

Awalnya, terdengar suara tembakan bertubi-tubi dari arah Gedung Kempetai,namun tak ada yang mengetahui asal sumber suaranya.

Tidak lama sesudahnya, rakyat Magelang menyerbu Gedung Kempetai dengan menggunakan senjata seadanya.

"Serangan itu dibalas tembakan oleh para pasukan Jepang dan menewaskan 4 orang yakni Kusni, Slamet, Samad Sastrodimedjo, dan Djajus," kata Gusta.

Gugurnya 4 pemuda Indonesia itu diabadikan pada monumen di dekat Gunung Tidar. 

Sementara itu, usai Jepang hengkang dari Magelang, Markas Kempetai fungsinya kembali seperti semula yakni menjadi sekolah.

"Sempat beberapa kali berubah fungsi, seperti menjadi Sekolah Kepandaian Putri (SKP) Kristen. Kemudian berubah menjadi Sekolah Kepandaian Keputrian Pertama (SKKP) Kristen," ujarnya.

SMK Wiyasa juga sempat dijadikan Sekolah Menengah Industri Pariwisata (SMIP) Wiyasa yang diresmikan pada 24 Januari 1994.

Sampai pada 3 April 1997, sekolah yang berada di Jalan Tidar No mor 36 Kelurahan Kemirirejo, Kota Magelang itu resmi beralih nama menjadi SMK Wiyasa, hingga saat ini.

Editor


Komentar
Banner
Banner