Kalsel

Menyoal Berkurang Drastisnya Pasien Covid-19 di RS Sultan Suriansyah Jelang Pengumuman PPKM

apahabar.com, BANJARMASIN – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Suriansyah yang mulanya penuh kini mulai lengang….

Featured-Image
Hampir setiap hari Masjid Al-Jihad Banjarmasin menyalatkan jenazah Covid-19. Jumlahnya terus bertambah. Foto: Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Suriansyah yang mulanya penuh kini mulai lengang.

Laporan terbaru Dinas Kesehatan Banjarmasin, hanya tersisa enam pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit milik daerah ini.

"Banyak sekali yang sembuh, terjadi penurunan pasien yang signifikan," ujar Kepala Dinas Kesehatan, Machli Riyadi, Minggu (5/9).

Laporan tersebut didapat Machli usai meninjau RS Sultan Suriansyah. Sebagaimana diketahui, esok pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level IV akan berakhir. Pemkot bertekad menurunkan level pembatasan ke level II.

Menilik ke belakang, turunnya jumlah pasien Covid-19 tersebut cukup kontras dengan kondisi RS Suriansyah pada Juli kemarin.

Sebagai gambaran, pada akhir Juli kemarin, rumah sakit yang genap berusia setahun pada September mendatang ini merawat sebanyak 45 pasien Covid-19.

Jika dibandingkan pada pekan pertama Juli, jumlah itu bahkan meningkat sekitar enam kali lipat.

Imbas penuh sesaknya RS Suriansyah, ketersedian oksigen menipis. Di medio yang sama, ketersediaan oksigen di rumah sakit di kawasan RK Ilir, Banjarmasin Selatan ini bahkan hanya tersisa dua hari.

Kala itu, hanya mereka yang menderita gejala berat saja yang diperbolehkan dirawat di rumah sakit ini.

Lantas apakah turunnya jumlah pasien korona yang dirawat di RS Suriansyah mencerminkan situasi penularan Covid-19 di Banjarmasin?

Pertanyaan ini bakabar.com sodorkan ke anggota Tim Pakar Covid-19, Universitas Lambung Mangkurat, Hidayatullah Muttaqin.

Melihat data, Taqin mengakui jika laju penularan dan kasus konfirmasi Covid-19 di Banjarmasin memang menurun.

"Memang ada perbaikan indikator, angka kasus konfirmasi harian, jumlah pasien rawat inap, dan tingkat positivitas menurun, sementara jumlah penduduk yang sembuh meningkat, ujar dosen ilmu ekonomi ULM ini saat berbincang dengan bakabar.com, Minggu (5/9) siang.

Meski menurun, situasi penularan Covid-19 di Banjarmasin tetap saja belum sepenuhnnya terkendali. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya jumlah penderita baru.

Data sepekan terakhir, 29 Agustus-4 September, Dinkes Kalsel menemukan 278 kasus konfirmasi, 2.294 sembuh, dan 19 kasus kematian di Banjarmasin.

Angka kasus konfirmasi dan kematian masih besar. Bahkan angka kematian itu naik berkali-kali lipat dibanding periode gelombang kedua.

"Jumlah kasus kematian yang dilaporkan 19 orang dalam seminggu terakhir itu cukup banyak dan menunjukkan keadaan belum terkendali. Padahal ketika Gelombang Kedua terjadi pada Februari-Maret-April 2021 kemarin, dalam seminggu kasus kematian paling banyak 3 orang yang dilaporkan," jelas Taqin.

Adanya penurunan kasus, dilihat dari berkurangnya pasien Covid-19 di RS Sultan Suriansyah, tentu patut disyukuri.

"Tetapi jangan sampai lengah. Karena masih ada Covid-19 di tempat kita, mobilitas penduduk tinggi," jelasnya.

Pun, Covid-19 Delta, varian baru yang makin mengancam andai pemerintah melonggarkan pembatasan dan warga mengabaikan protokol kesehatan.

"Capaian vaksinasi kita juga masih jauh untuk memberikan perlindungan secara komunal. Per 4 September, menurut Kemenkes baru sekitar 23 persen capaian vaksinasi dua dosis suntikan dari target provinsi," paparnya.

Berkaca pada penurunan kasus pada Gelombang Kedua, sekali lagi Taqin meminta pemerintah-masyarakat tak lengah.

Penurunan kasus pada medio April – Juni lalu sudah membuat pemerintah terlena hingga melonggaran pembatasan.

"Tapi apa yang terjadi kemudian? Terjadi ledakan kasus yang luar biasa dampaknya pada bulan Juli dan Agustus yang menyebabkan terjadinya Gelombang Ketiga," jelasnya.

Jika dihitung dari Juli hingga Agustus tersebut maka sesuai data resmi ada 5.896 penduduk Banjarmasin yang dilaporkan terinfeksi Covid-19 dan 262 meninggal dunia.

Kasus kematian selama dua bulan tersebut mencakup 56 persen kasus yang dilaporkan sejak awal pandemi hingga akhir Agustus di Banjarmasin.

Karenanya, Taqin meminta pemerintah tidak terlalu mendorong masyarakat untuk melonggarkan aktivitas sehingga penularan dapat meningkat kembali.

"Jadi jangan lengah dengan menurunnya kasus konfirmasi harian. Harus tetap waspada. Bila kita lengah maka ada potensi Gelombang Keempat muncul lagi nanti," pungkasnya.

Komentar
Banner
Banner