bakabar.com, BANJARMASIN – Meskipun telah lanjut usia, tidak menyurutkan semangat seorang kakek untuk mendedikasikan dirinya menolong masyarakat Kota Banjarmasin yang terkena musibah.
Pahlawan tanpa tanda jasa, kalimat tersebut nampaknya pantas dialamatkan untuk seorang kakek berumur 65 tahun di Kota Banjarmasin.
Tak main-main, niat tulusnya untuk menjadi relawan penolong warga Kota Banjarmasin yang terkena musibah, bahkan harus merogoh dalam sakunya sendiri.
Bagi para relawan di Kota Seribu Sungai, tentunya sudah tidak asing lagi dengan sosok Kai Untung Nur atau yang lebih akrab disapa ‘Kai Penjelajah’.
Pria tersebut merupakan pendiri sekaligus Ketua Pemadam Musibah Kebakaran (PMK) Pertiwi yang berbasis di Jalan Bumi Mas Raya Nomor 33 Kelurahan Pemurus Baru, Banjarmasin Selatan.
Sudah lama Kai Untung dikenal sebagai salah satu tokoh di komunitas emergency Banua. Kisah ketangguhan, keseriusan dan keikhlasannya dalam membantu penanganan musibah sejak dulu diakui para relawan dari usia muda hingga tua.
Gelar 'Kai Penjelajah' pun disematkan rekan-rekan relawan lainnya. Pria bertubuh kurus namun lincah ini selalu muncul di berbagai lokasi musibah untuk menyumbangkan bantuannya.
Kepada bakabar.com, Kai Untung menceritakan awal mula kisahnya ingin mendharmabaktikan hidupnya untuk menjadi penolong orang-orang yang kesusahan.
Keinginan Kai Untung untuk menjadi relawan pemadam kebakaran ini dimulai dari tiga puluh-an tahun silam. Saat itu ia masih berprofesi sebagai tukang ojek di belakang RSUD Ulin Banjarmasin.
Ketika itu, kata dia, pernah terjadi sebuah tragedi kebakaran hebat. Api kebakaran yang muncul pada tengah malam mengamuk di perumahan warga belakang kantor Polresta Banjarmasin. Saat sedang mengojek kebetulan Untung menyaksikan langsung kejadian tersebut.
“Awal niat menjadi relawan itu di tahun 1986, ketika itu, jam 1 dini hari, terjadi musibah kebakaran di belakang Polresta Banjarmasin. Dari sana kakek ingin menjadi relawan dan memiliki unit (mobil) sendiri,” kenangnya.
Dari sana, ia pun bertekad untuk menjadi relawan yang mandiri. Segala macam profesi pun rela dijalaninya, dari menjadi tukang ojek, hingga menjadi wakar (jaga malam) sambil berjualan bensin, makanan ringan dan sembako kecil-kecilan.
"Awal-awal berjualan, pembeli diwarung ramai, laku terus, sampai jarak satu tahun setengah, kakek mampu beli mobil pada tahun 2004. Mulai dari beli pelang ban pelan-pelan, sampai berupa mobil,”
Uang hasil jerih payah itupun disisihkan dan dikumpulkannya, hingga akhirnya Kai untung memberanikan diri membeli mobil agar bisa mewujudkan impiannya untuk membantu warga Kota Banjarmasin yang terkena musibah.
Dikatakannya, mobil pertama yang dibelinya waktu itu merupakan jenis Datsun keluaran tahun 1976 untuk operasional ia dan relawan lainnya.
“Pada tahun 2004, kakek baru bisa memiliki mobil utuh dan mulai kakek operasikan di tahun 2005,” katanya.
Selain itu, uang yang ditabung dari hasil jerih-payahnya menjadi wakar sembari membuka warung kecil-kecilan itu juga ia pergunakan untuk membangun sebuah posko pemadam kebakaran di Komplek Bumi Pertiwi I, Jalan Bumi Mas Raya yang hanya berjarak selemparan batu dengan tempat ia tinggal.
Keteguhan niatnya untuk membangun pangkalan relawan pemadam kebakaran, awalnya juga sering dipertanyakan oleh beberapa orang. Namun Untung yang terlanjur bulat tekadnya untuk menjadi penolong pada kegiatan sosial sukarelawan, tetap fokus pada impiannya membangun PMK Pertiwi.
"Waktu itu banyak yang mengatakan mending uangnya dipergunakan untuk memperbesar modal dagangan aja, tapi tidak kakek hiraukan, yang penting saya bisa membantu masyarakat yang terkena musibah, berupa apa saja yang bisa dibantu”
Seiring berjalannya waktu, duit yang dikumpulkannya sendiri maupun dari donatur, terus dipergunakannya untuk membangun PMK Pertiwi.
Kini markasnya telah memiliki tiga unit mobil operasional. Satu mobil Mitsubishi L300 tahun 1984 digunakan untuk operasional pemadam kebakaran, satu unit L300 tahun 1992 digunakan sebagai sebagai ambulans, dan satu unit Suzuki AVP tahun 2006 juga digunakan sebagai ambulans.
Dengan dua armada mobil ambulans, Untung dengan senang hati siap membantu warga yang memerlukan bantuan. Tidak jarang Untung diminta untuk mengantarkan orang sakit maupun jenazah hingga keluar Kalimantan Selatan.
Kegigihan Kakek Untung menginspirasi banyak relawan lainnya. Di PMK Pertiwi, Kai Untung mengajak keluarganya dan anak muda sekitar untuk bergabung. Kini selain dirinya ada 27 personil yang menjadi anggota PMK Pertiwi untuk terus siaga memantau kejadian musibah yang terjadi di Kota Banjarmasin.
Diusianya yang sudah senja, Kakek Untung telah menyaksikan berbagai macam musibah dan berkesempatan terlibat langsung dalam penanganannya. Suka dan duka sebagai relawan menjadi makanan sehari-hari.
Kakek yang dikaruniai lima anak dan delapan cucu di usia itu berpesan agar para relawan tetap menjalankan pekerjaan sesuai aturan, dan tidak terjadi miskomunikasi dengan pihak yang berwenang.
"Jadi saya pesan untuk para anak muda yang tergabung menjadi relawan tanggap darurat, kalau ada kejadian kita utamakan keselamatan dahulu dan kita ikuti prosedur kepolisian, misalnya ada kejadian pembunuhan perampokan itu kita koordinasikan, kita minta bimbing"
Menurut Untung, kegiatan yang penuh risiko ini perlu ketulusan dari para sukarelawan. Karena para sukarelawan tidak ada yang mendapatkan gaji, meski pengorbanan waktu dan nyawa menjadi taruhannya.
Kakek Untung juga berpesan agar para anak muda yang tergabung dalam relawan tanggap darurat untuk tidak memandang imbalan dalam membantu sesama.
“Bekerjalah berdasarkan nurani, cukuplah tujuan kita mengurangi beban masyarakat yang tertimpa musibah, dengan upaya apa saja yang mampu kita berikan," tutupnya.
Baca Juga: Kabel Listrik Dekat Flyover Terbakar, Pengendara Dibuat Panik
Baca Juga: Polres Batola Dapat Penghargaan Wilayah Bebas Korupsi
Reporter: Riyad Dafhi REditor: Syarif