bakabar.com, BARABAI – Sampai hari ini, ingatan akan sosok Didi Rahman (45) masih membekas di benak Yayar Safari.
“Adik saya ini orang baik, kalau Herlan tak ada beras datang minta. Tak ada bawang minta. Tak ada sayur minta. Selalu dikasih sama adik saya,” cerita Yayar, kakak kandung Didi Rahman, korban pembunuhan di Gambah, Kabupaten Hulu Sungai Tengah kepada bakabar.com, Selasa (14/9).
Untuk menghidupi, istri dan seorang anaknya, Didi mengandalkan hidup dari beternak ayam.
“Kalau tidak ada uang, ya dijual untuk belanja sehari-hari. Adik saya kan juga dapat PKH (Bantuan keluarga harapan). Ya diirit-irit untuk makan sebulan,” ujar Yayar.
Pasca-kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun lalu, Didi menderita cedera di bagian pinggang.
Kecelakaan itu tak hanya membuat pinggangnya bengkok, tapi juga membuat lehernya tak bisa menoleh ke belakang.
“Jika mau menoleh ya dengan badan, setelah kecelakaan itu, adik saya tidak bisa bekerja berat,” ujar Yayar.
Didi anak kedua dari tiga bersaudara. Selama hidupnya, ia dikenal sebagai pribadi yang baik.
“Ya namanya orang baik, sekalipun kecelakaan ditabrak orang juga gak nuntut ganti rugi,” ujar Yayar. “Di tengah keterbatasannya, dia selalu perhatian. Kalau aku gak punya uang, almarhum punya uang, ya dibantunya.”
Sepeninggal Didi, istri dan anaknya harus tinggal bersama sang mertua yang bekerja sebagai buruh bangunan.
“Sekarang mereka berkumpul semua bersama kami, mau ke mana lagi? abah kadang ada kerjaan, kadang juga gak ada, uang sejuta kami irit-irit untuk hidup sebulan,” ujarnya.
Lantas, bagaimana dengan kondisi anak korban yang berusia 9 tahun? Yayar bilang si anak juga masih trauma.
“Kalau anak almarhum itu, kalau orang cerita waktu kejadian [pembunuhan] selalu menutup telinga. Seakan gak mau dengar. Karena selalu teringat,” jelasnya.
Sementara, pasca-kepergian anaknya itu, orang tua Didi kerap sakit-sakitan. Memikirkan pembunuh anaknya yang tak kunjung tertangkap.
Rabu 28 Juli, Didi dihabisi oleh Herlan yang tak lain rekan sekaligus tetangganya sendiri. Hampir dua bulan berlalu, insiden berdarah tersebut masih saja membekas di benak Yayar.
“Kadang hati ini rasa disayat-sayat kalau lagi duduk-duduk sendirian,” ujarnya.
Kini, kata Yayar, pintu maaf telah tertutup untuk Herlan. “Melihat polisi berseragam pun kami masih trauma, semoga ada orang yang berbaik hati memberikan informasi keberadaan Herlan,” pungkas Yayar.
Pembunuh Brutal Gambah HST Kabur ke Palangka Raya? Keluarga Bilang Begini
Soal perburuan Herlan, bakabar.com sudah mengonfirmasi pihak kepolisian. Hasilnya masih sama; perburuan Herlan terkendala medan pencarian yang luas.
“Pelaku masih di dalam hutan,” ujar salah seorang perwira reserse di Ditreskrimum, Polda Kalsel. “Belum ada perkembangan, jika ada nanti, kami kabari.” pungkas perwira itu.
Kendala Pencarian
‘Saktinya’ Si Pembunuh Brutal di Desa Gambah HST, Tak Mempan Dikeroyok di Kotabaru
Sebagai pengingat, siang itu, Didi dihabisi Herlan di depan pintu rumahnya sendiri. Usai menghabisi Didi, residivis kasus pembunuhan di Kotabaru ini menghilang begitu saja di hutan belakang rumahnya.
Hari ke-28 buron, Herlan sempat terlihat keluar dari hutan persembunyiannya. Namun saat ditelusuri, warga irit bicara. Kali terakhir, Herlan terlihat menenteng senjata tajam.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya: