bakabar.com, MARABAHAN – Nyaris batal akibat pandemi Covid-19, Sanggar Permata Ije Jela (SPIJ) Marabahan akhirnya benar-benar dipercaya mewakili Kalimantan Selatan untuk mengisi acara kesenian dalam peringatan HUT RI ke-75 di Istana Negara.
Kepercayaan ini diperoleh berkat penampilan apik SPIJ dalam Parade Tari Nusantara 2019. Berlangsung di Teater Garuda Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, mereka memperoleh empat penghargaan.
Mengandalkan tari berjudul Talabet, sanggar binaan Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS, ini memperoleh penghargaan penata tari terbaik, penata musik unggulan, penyaji unggulan dan penyaji terbaik antar wilayah.
Namun sebelum dipastikan tampil, kesempatan langka tersebut nyaris saja terlepas dari tangan.
“Seusai penampilan di TMII, kami dihubungi Dr Eko Supriyanto yang juga salah seorang juri Parade Tari Nusantara. Kami kemudian diberi tahu soal kesempatan tampil di Istana Negara,” cerita Ketua SPIJ, Kasmudin, Kamis (16/7).
Kasmudin pun semakin yakin dengan kesempatan itu, karena Eko sendiri yang kembali mengumumkan bahwa SPIJ sebagai salah satu penampil di Istana Negara.
Hal tersebut disampaikan seniman tari nasional kelahiran Astambul, Banjar, itu ketika menjadi pemateri dalam Workshop Tari Kalsel 2020 yang berlangsung awal Maret.
Selain SPIJ sebagai perwakilan Kalsel, acara kesenian dalam peringatan HUT RI ke-75 di Istana Negara juga diisi wakil dari Aceh, Riau dan Nusa Tenggara Barat.
“Sejumlah persiapan pun dilakukan. Tetap membawakan Talabet, direncanakan sebuah tari masal yang diikuti 150 penari. 50 dari Batola, kemudian 100 penari perwakilan kabupaten/kota di Kalsel,” jelas Kasmudin.
Namun tiba-tiba penyebaran Covid-19 menjadi tidak terkendali. Hampir semua agenda dibatalkan dan anggaran direlokasi demi menanggulangi penyakit itu.
Imbasnya rencana penampilan SPIJ di Istana Negara semakin tidak jelas, mengingat pelaksanaan peringatan HUT ke-75 digelar tanpa melibatkan banyak orang dan pembatasan durasi.
“Kami sempat pesimis, sampai akhirnya datang undangan Zoom Meeting bersama Deputi Bidang Administrasi dan Pengelolaan Istana,” beber Kasmudin.
“Melalui rapat virtual itu, SPIJ tetap mendapat kesempatan mengisi cara kesenian dalam peringatan HUT RI ke-75. Bedanya kami tak langsung menjejakkan kaki di Istana Negara, karena penampilan dilakukan melalui virtual,” sambungnya.
Tidak hanya virtual, rencana penampilan 150 penari dipangkas menjadi cuma 12 penari demi mematuhi protokol kesehatan. Durasi Talabet yang sedianya sepanjang kurang lebih 7 menit, juga ikut dipangkas.
Kendati gagal mengecap sejarah sebagai sanggar pertama di Kalsel yang tampil langsung di Istana Negara, SPIJ tetap layak berbangga. Setidaknya nama SPIJ sudah menempatkan kesan sebagai salah satu sanggar terbaik di Tanah Air.
“Oleh karena virtual, penampilan kami direkam lebih dulu. Kemudian video hasil rekaman ditampilkan dalam jeda antara sebelum dan sesudah upacara,” papar Kasmudin.
“Walau tidak langsung, tentu saja kami tetap harus berlatih. Terkait pemotongan durasi, perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian agar esensi jalan cerita Talabet tidak hilang,” tandasnya.