Trust Issues

Memahami dan Mengatasi Trust Issues

Trust issues atau krisis kepercayaan, ketika seseorang tak bisa percaya dan sulit membangun rasa percaya pada orang lain.

Featured-Image
Ilustrasi Trust Issues. Foto: reflectandrefresh

bakabar.com, JAKARTATrust issues atau krisis kepercayaan, ketika seseorang tak bisa percaya dan sulit membangun rasa percaya pada orang lain.

Kepercayaan interpersonal mengacu pada persepsi bahwa seseorang mengutamakan kepentingan terbaik. Ketika mempercayai seseorang maka memiliki keyakinan untuk percaya pada kata-kata dan tindakan dan bersedia membuka diri kepada orang lain.

Melansir Harappa.education, kepercayaan adalah hal penting dalam hubungan yang berkembang, baik di tempat atau dalam kehidupan pribadi. Itu juga untuk membangun hubungan yang berarti satu sama lain.

Namun, Ketika ketidakpastian itu muncul dan seseorang sulit memercayai orang lain tanpa alasan untuk mendukung keraguannya, maka dikatakan mengalami krisis kepercayaan. Orang yang memiliki krisis kepercayaan tidak dapat terbuka atau mengandalkan orang disekitarnya karena takut dimanipulasi, ditipu dan diabaikan.

Gejala Terjadinya Krisis Kepercayaan

Krisis kepercayaan seringkali berdampingan dengan depresi, kecemasan dan rendahnya harga diri. Seseorang yang berurusan dengan krisis kepercayaan cepat berfokus kepada hal negatif. Berikut gejala yang terjadi krisis kepercayaan;

1. Keengganan untuk terbuka

Keengganan terbuka terhadap orang lain adalah salah satu gejala masalah kepercayaan yang signifikan. Seseorang yang menghadapi masalah krisis kepercayaan tidak merasa aman secara emosional untuk berbagi pemikiran dan perasaannya bahkan dengan teman terdekat dan anggota keluarga.

Seseorang yang mempunyai krisis kepercayaan takut menampilkan diri asli di depan orang karena takut ide-ide mereka ditolak dan tidak dihargai dan diterima apa adanya.

2. Selalu mengansumsikan yang terburuk

Orang yang berurusan dengan krisis kepercayaan cenderung berasumsi hal buruk tentang orang di sekitarnya. Salah satu gejala utama masalah kepercayaan, ini bertindak sebagai alat pelestaria diri agar selalu waspada.

Orang yang mempunyai krisis kepercayaan sulit menerima cinta, kebaikan, pujian atau kemurahan hati dan mencari motif tersembunyi dibalik sikap baik teman.

Ketidakpercayaan seperti itu juga dapat mendorong orang-orang yang memiliki krisis kepercayaan untuk berkelahi dan terlibat perdebatan sengit dengan orang lain mengenai hal sepele.

3.  Kecenderungan mengisolasi diri

Orang dengan krisis kepercayaan sering mengisolasi diri karena takut membentuk keterikatan dan terluka dalam prosesnya. Karena mereka menutup diri dari orang lain, menghindari membentuk hubungan baru dengan memendam emosi, cenderung mengalah pada kesepian, kecemasan dan depresi seiring waktu.

4.  Memeriksa ulang informasi yang didapat

Meriksa ulang informasi adalah salah satu gejala krisis kepercayaan yang paling umum. Orang dengan krisis kepercayaan hanya akan percaya apa yang diberitahukan kepada mereka setelah mereka memverifikasi dan mengonfirmasikannya sendiri.

Selain itu, perubahan suasana hati yang tiba-tiba, situasi yang terlalu banyak berpikir dan rasa tidak aman juga meruppakan gejala utama dari krisis kepercayaan.

Krisis kepercayaan adalah tempat berkembangnya emosi negative seperti kecemburuan, keraguan dan kecurigaan yang akut dan dapat secara signifikan mengahambat kualitas hidup seseorang.

Penyebab Krisis Kepercayaan

1.  Pengalaman masa kecil. Individu yang mengalami krisis kepercayaan bermasalah kemungkinan besar mengalami masalah kepercayaan dikemudian hari.

Anak-anak mengembangkan ketidakpercayaan dan keraguan ketika mereka menjadi korban sikap bermuka dua dalam interaksi sosial sejak usia muda. Hal ini dapat mencakup orang tua yang memberikan janji palsu kepada anak atau teman yang tidak menepati janjinya.

2.      Toxic relationship

Hubungan yang tidak baik dan perselingkuhan adalah salah satu penyebab paling umum krisis kepercayaan pada seseorang.

Ketika seseorang terkena kebohongan, penipuan, dan manipulasi emosional berulang kali atau dalam waktu lama. Mereka mengembangkan krisis kepercayaan yang akut dan berpaling dari orang lain untuk melindungi diri sendiri.

3. Insiden traumatis

Seseorang yang pernah mengalami kejadian traumatis, seperti penyerangan seksual, kekerasan dalam rumah tangga atau penindasan ekstrem, mungkin mulai mengantisipasi potensi bahaya dalam semua hubungannya baik lama maupun baru.

Mereka terus meningkatkan peristiwa traumatis dalam pikiran mereka dan tidak tahu harus percaya kepada siapa, merasa rentan dan tidak aman di masyrakat.

Orang dengan krisis kepercayaan tidak lahir dengan masalah ini. Krisis kepercayaan secara bertahap berkembang sebagai dampak manipulatif dari pengalaman negatif yang dialami seseorang dalam hidupnya.

Mereka dapat merusak cita diri, moral dan kepercayaan diri seseorang, membuat kinerja buruk, meragukan hubungan dan membangun emosional di sekitarnya.

Mengatasi Krisis Kepercayaan

Tidak peduli betapa menyakitkannya pengalaman masa lalu, penting untuk dipahami bahwa pengalaman tidak memiliki kekuatan untuk menentukan seluruh hidupnya. Dengan sedikit usaha dan ketekunan dapat membuka diri terhadap pengalaman baru dan mengatasi krisis kepercayaan, cara untuk mengatasinya;

1. Terapi professional

Terapi ini dapat membantu seseorang menyadari pengalaman sulit dalam hidupnya dan menelusuri akar penyebab krisis kepercayaannya. Terapis memiliki ruang aman bagi orang yang memiliki krisis kepercayaan untuk membicarakan masalah mereka dan meringankan emosi yang tertahan.

2. Mengahdapi ketakutan

Menghadapi ketakutan dan bersedia mengambil risiko merupakan kunci untuk mengatasi krisis kepercayaan. Orang membuat kesalahan dan hamper setiap orang berpotensi mengecewakan pada suatu saat nanti. Namun hal itu tidak menghentikan untuk melangkah maju dalam hidup, menerima segala apa adanya dan belajar dari kesalahan.

3. Meningkatkan citra diri

Seringkali, orang dengan krisis kepercayaan memelihara citra negatif tentang dirinya. Sehingga ketika seseorang memuji atau menghargainya, kata-kata positif tidak sejalan dengan citra diri negatif yang ada dalam pikirannya dan mulai meragukan niat orang lain.

Meningkatkan citra diri dan mengembangkan harga diri sangat penting untuk mengatasi krisis kepercayaan untuk melakukan itu. Tidak hanya perlu menantang keyakinan yang membatasi dan mengakui kemampuan, tetapi juga mengelilingi diri dengan orang-orang berpikir positif yang menyemangati.

Langkah mendasar untuk mengatasi krisis kepercayaan dan mengembangkan hubungan yang bermakna baik di dalam maupun di luar pekerjaan adalah dengan memahami diri sendiri.

Editor
Komentar
Banner
Banner