Kalsel

Melalui Contact Tracking, Paparan Pasien Batola-01 Berupaya Dicegah

apahabar.com, MARABAHAN – Meski pasien Barito Kuala (Batola)-01 (Btl-01) sudah ditangani di RSUD Abdul Aziz Marabahan,…

Featured-Image
Pengawasan di perbatasan Barito Kuala dengan daerah lain terus diperketat melalui pengukuran suhu tubuh. Foto:apahabar.com/Bastian Alkaf.

bakabar.com, MARABAHAN – Meski pasien Barito Kuala (Batola)-01 (Btl-01) sudah ditangani di RSUD Abdul Aziz Marabahan, proses selanjutnya tidak berhenti hanya kepada satu nama.

Btl-01 merupakan bagian dari kelompok warga Kecamatan Wanaraya yang mengikuti Ijtima Ulama Sedunia di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Setelah dinyatakan sebagai Orang Dalam Pengawasan (ODP), pria berusia 47 tahun tersebut positif Covid-19 pasca dilakukan rapid test dan swab test yang dimulai sejak 2 April 2020.

Selain dari Wanaraya, kedua metode pengetesan tersebut juga dilakukan kepada sejumlah warga Kecamatan Barambai yang diketahui ikut dalam rombongan.

“Mereka yang teridentifikasi baru datang dari Gowa, harus menjalani kedua tes tersebut,” jelas juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Batola, dr Azizah Sri Widari, Kamis (9/4).

“Terakhir kami melakukan rapid test kepada 17 orang. Hasinya 3 reaktif dengan rincian 1 dari Barambai dan 2 warga Wanaraya,” sambungnya.

Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), selanjutnya dilakukan pengambilan swab test untuk ketiga orang tersebut guna menentukan positif atau negatif Covid-19.

“Namun lantaran logistik tak mencukupi, swab test harus menunggu bantuan dari provinsi. Diharapkan pengambilan swab dijadwalkan secepatnya,” beber Azizah.

Selain warga yang baru pulang dari Gowa, keluarga dekat Btl-01 mesti menjalani tes serupa. Sekarang mereka diisolasi di rumah dalam pengawasan gugus tugas kecamatan.

“Andai hasil rapid test mereka reaktif, langsung dilanjutkan dengan swab test untuk menentukan status akhir. Kalau non reaktif, satu minggu lagi swab test diulang,” jelas Azizah.

Tidak hanya keluarga, petugas juga sedang melacak atau contact tracking orang-orang yang pernah melakukan interaksi dengan pasien.

“Sejak 7 April, hasil contact tracking berjumlah 100 orang dan ditempatkan sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG). Mereka diperlakukan sesuai keadaan dan dipantau selama 14 hari,” papar Azizah.

Mengingat jenis upaya yang dilakukan, contact tracking dapat dilakukan berminggu-minggu.

Kendati memakan waktu, contact tracking dinilai cukup efektif menekan angka penyebaran virus, karena orang-orang yang berpotensi tertular cukup besar langsung mendapatkan penanganan.

“Seandainya memperlihatkan gejala, hasil pelacakan tersebut kemudian dikelompokkan menjadi gejala atau kontak tracking saja,” tandas Azizah.

Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner