bakabar.com, BANJARMASIN - KH Ma'ruf Amin dikabarkan memiliki hubungan dengan Syekh Nawawi Al Bantani. Benarkah?
Kiai Ma'ruf, seperti diberitakan detik.com, adalah seorang Pendiri Pondok Pesantren An Nawawi Tanara, Banten. Nama "An Nawawi" diambil dari Syekh Nawawi Al Bantani, yang dikabarkan memiliki hubungan dengan Kiai ma'ruf.
Hubungan yang pertama adalah kekerabatan antara keduanya. Seperti diungkapkan Ahmad Muayyad (40), anak ke-6 KH Ma’ruf Amin. Dia membenarkan bahwa ayahnya adalah salah satu cicit dari Syekh Nawawi Al Bantani. Meskipun ayahnya lahir di Kresek, Tangerang, Beliau kemudian berjuang mendirikan pesantren di tempat kelahiran kakek buyutnya di Tanara.
“Iya, beliau adalah cicitnya. Di sini tempat kelahiran Syekh Nawawi,” ujarnya.
Kendati demikian, juga beredar kabar bahwa Kiai Ma'ruf bukan cicit langsung (keturunan langsung) dari Syekh Nawawi Al Bantani, melainkan dari saudaranya, Syekh Abdullah bin Umar Al Bantani.
Seperti ditulis Kang Nasir dalam sebuah opini berjudul "Meyakini KH Ma'ruf Amin sebagai cicit Ki Nawawi" di tempo.co.id.
Kang Nasir menulis, "… yang benar adalah bahwa KH Ma'ruf Amin secara geneologis dari garis perempuan punya hubungan kekerabatan dengan Ki Nawawi tersebab buyut KH Ma'ruf Amin yakni Syekh Abdullah bersaudara dengan Ki Nawawi (Syekh Nawawi Al Bantani,red)."
Meski begitu, Kiai Ma'ruf memang memiliki kekerabatan dengan Syekh Nawawi Al Bantani melalui jalur ibunya, dan cicit secara tidak langsung dari Syekh Nawawi Banten.
Hubungan kedua, adalah keterikatan sanad keilmuan antara Kiai Ma'ruf dan Syekh Nawawi Al Bantani.
Kiai Ma'ruf selain memiliki hubungan kekerabatan dengan Syekh Nawawi, menurut Wikipedia, juga memiliki sanad (rantai keguruan) dengan Syekh Nawawi Al Bantani dari banyak jalur ulama. Salah satu di antaranya adalah dari hasil belajarnya di pondok pesantren Tebu Ireng Jombang, yang didirikan KH Hasyim Asy'ari.
KH Hasyim Asy'ari adalah salah satu ulama yang memiliki rantai keguruan yang bersambung dengan ulama yang bergelar Sayyidul Hijaz (Syekh Nawawi Al Bantani) tersebut.
Editor: Muhammad Bulkini
