bakabar.com, JAKARTA – Riset Smeru Research Institute menemukan sebagian besar pelaku UMKM perempuan berskala mikro di daerah Yogyakarta tidak berkembang. Maksudnya pelaku UMKM perempuan tidak memiliki niat untuk memperluas usaha yang dijalaninya.
“Ini berbanding terbalik dengan pengusaha pria dari studi kami,” ujar Peneliti Smeru Research Institute dalam acara forum diskusi secara virtual di Jakarta, Rabu (5/10).
Padahal menurut dari aspek total porsi, menurut data Smeru, UMKM yang dikelola oleh perempuan jumlahnya lebih banyak dari pada laki-laki. Besaran jumlah UMKM perempuan mencapai 60 persen dari 519 UMKM dengan yang diteliti di daerah Yogyakarta.
“Tapi, UMKM yang dikelola oleh perempuan masih bersifat subsisten,” jelasnya.
UMKM subsisten merupakan pelaku bisnis yang membuka usahanya, karena pemilik usaha merasa tidak memiliki peluang untuk bekerja di tempat lain.
Pelaku usaha subsisten dicirikan dengan tingkat pendidikan yang rendah atau hanya sampai SMA. Kemudian, tujuan membuka usaha hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Mereka juga tidak memiliki keinginan untuk mengembangkan atau meluaskan bisnisnya,” ungkapnya.
Selain itu, karena tingkat pendidikan yang rendah, penerapan teknologi dalam kegiatan bisnisnya hanya sebatas untuk kegiatan komunikasi.
Hal tersebut juga didukung UMKM subsisten tidak memiliki keinginan untuk berkembang, sehingga membatasi diri untuk memanfaatkan sosial media sebagai media promosi.
“Pelaku UMKM perempuan saat ini masih mengahadapi banyak tantanga dan perlu pengembangan,” pungkasnya.