Kalsel

Ma’rufi Utir dan Pahit Getir Perjuangan Revolusi Fisik di Kalsel

apahabar.com, BANJARMASIN – Berada di kawasan Jalan Ahmad Yani KM 2, Banjarmasin, ibu kota Kalimantan Selatan,…

Featured-Image
Ma’rufi Utir (tiga dari kiri), salah satu pejuang revolusi fisik di Kalsel. Foto-apahabar.com/Ahmad Zainal Muttaqin

bakabar.com, BANJARMASIN - Berada di kawasan Jalan Ahmad Yani KM 2, Banjarmasin, ibu kota Kalimantan Selatan, terdapat sebuah Komplek Veteran.

Di sana, di rumah nomor 7, RT 17, Kelurahan Sungai Baru, Kecamatan Banjarmasin Tengah itu, jadi tempat sosok pejuang revolusi fisik Kalsel, Ma'rufi Utir menghabiskan masa tuanya hingga tutup usia, 1996 silam.

Ma'rufi Utir kini disemayamkan di Taman Makam Bahagia, Banjarbaru. Berdekatan dengan sang istri, Armaniah binti Martin Matliman bin Ahmid.

Siapa sih Ma'rufi Utir? Sejarawan Kalsel, seorang dosen Sejarah pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Mansyur SPd MHum, menyebut, ia merupakan salah satu pejuang revolusi fisik.

Mansyur menyebut zaman revolusi fisik tahun 1945-1950 merupakan era yang paling cemerlang dalam sejarah Indonesia, maupun sejarah lokal Kalsel.

Pengorbanan luar biasa dilakukan pejuang mulai perkotaan hingga ke pedalaman. Pejuang Banjar yang telah lelah tertindas, bangkit dan bergerak. Angkat senjata melawan serdadu-serdadu Belanda yang ingin menjajah kembali di Banua.

"Satu di antara pejuang era revolusi fisik tersebut adalah Ma’rufi Utir. Sosok yang awalnya menjadi pengawal pribadi Hassan Basry, kemudian tampil sebagai komandan pasukan di medan laga melawan pasukan Belanda," ujar Mansyur dalam tulisannya ke dapur redaksi bakabar.com, Minggu (21/3/2021).

Dia menjelaskan, sepak terjang pejuang asal Kandangan ini mulai tercatat dengan tinta emas ketika Pahlawan Nasional Hassan Basry kembali ke daerah asalnya di Kalsel. Membawa misi mempersiapkan basis kedatangan ekspedisi militer dari Jawa untuk mengadapi Belanda.

30 Oktober 1945, Hassan Basry berhasil menyusup pulang ke Kalsel dengan menumpang Kapal Bintang Tulen, yang berangkat lewat pelabuhan Kalimas Surabaya.

Sesampainya di Banjarmasin, Hassan Basry menemui H Abdurrahman Sidik di Pekapuran untuk mengirimkan pamflet dan poster tentang kemerdekaan Indonesia.

Kegiatan Hassan Basry diketahui oleh pasukan Belanda/NICA. Ia pun segera meninggalkan Banjarmasin, menyingkir ke Kandangan.

Dalam tulisan Ahmad Ali Rendra menyebutkan, saat pertama memijakkan kaki di kampung halamannya di Kandangan, Hasan Basry mengunjungi beberapa keluarganya di Desa Karang Jawa, Kandangan.

Salah satunya Dumam bin Ahmid (Guru Dumam), seorang guru dan aktivis sekaligus pejuang dari kalangan terpelajar. Guru Dumam kemudian diminta Hasan Basry menjadi penasehat pribadinya.

img

"Saat berada di Kandangan inilah, Maru'fi Utir mengenal Hasan Basry. Bahkan Maru'fi menyediakan rumahnya menampung Hasan Basry," sebut Mansyur.

Dalam Sejarah Banjar (2003) dituliskan, untuk keamanan Hasan Basry dari pantauan patroli dan spion-spion Belanda, Guru Dumam kemudian mengungsikan Hasan Basry.

Tujuannya, ke daerah pegunungan, ke rumah H Dawawi, Maru'fi Utir dan Jafar. Di sini Hasan Basry kemudian terus didampingi oleh Ma'rufi Utir atau Ma'ruf bin Utir dan Samideri Dumam.

"Pemilihan pengawal ini tentunya tidak sembarangan, Ma’rufi Utir dan Samideri Dumam memiliki kapasitas dan kemampuan lebih dalam pengawalan serta sangat mengenal daerah ini," terang Mansyur.

Dalam perkembangannya, terjalinlah kontak Hassan Basry dengan Gumberi alias Atsmawaty, pimpinan organiasi kelaskaran yang bermarkas di Haruyan.

Pada 5 dan 6 Mei 1946 diadakan permusyawaratan di Haruyan. Sepakat, membentuk Laskar Syaifullah.

Hasan Basry diangkat sebagai Pimpinan Umum dan Atsmawaty sebagai Wakilnya. Laskar ini kemudian menunjuk pelatih laskar.

"Satu di antaranya adalah pengawal Hasan Basry sendiri yakni Maru'fi Utir. Kemudian pelatih lainnya, Hamzah Arifin, Sakar alias A Muis, Tulamak serta Bidinsyah alias Setia Budi," sebut Mansyur lagi.

Ma'rufi Utir menjabat Letnan Muda ketika terjadi pertemuan Letnan I Asli Zuchri sebagai Wakil Markas Besar ALRI Divisi IV Mojokerto dengan Hasan Basry pimpinan Syaifullah pada 18 November 1946 di Tabat (Haruyan), Hulu Sungai Tengah.

Pada pertemuan ini disepakati terbentuknya Batalyon Rahasia ALRI Divisi IV A. Personalnya menggabungkan badan-badan kelasykaran yang telah terbentuk sebelumnya.

Komandan Batalyonnya Hasan Basry. Kedudukan batalyon ini ditetapkan di Kandangan. Kesatuan ALRI Kalimantan, sebagai bagian ALRI Divisi IV yang bermarkas di Mojokerto, pimpinan Let Kol Zakaria Madon.

Dalam pertemuan hadir Letnan Muda Ma’rufi Utir, bersama M Mursid, HM Rusli, Hassan Basuki, Salman, Setia Budi, Gazali Ahim, dan Iban S.

"Ma’rufi Utir juga terlibat dalam upaya menyukseskan tugas-tugas Batalyon Rahasia ALRI Divisi IV A. Berdasarkan musyawarah lanjutan para pejuang akhirnya posisi Komandan Batalyon Rahasia Hasan Basry dilengkapi Kepala Staf Yon Rahasia Hasnan Basuki," jelas Mansyur.

Kemudian Kepala Tata Usaha H M Rusli, diserta 3 orang pelatih yang dipandang cukup kapabel dalam melatih pasukan yakni Ma'rufi Utir, Setia Budi dan Mawardi.

Ketika Hasan Basry suatu saat berada di rumah Ma'rufi Utir di Karang Jawa, Mawardi dipanggil dan diminta menggabungkan laskar lainnya yakni TRI ke dalam pasukan Batalyon Rahasia ALRI Divisi IV A.

Ajakan tersebut disambut baik. Pasukan TRI yang kehilangan pimpinannya, Sucipto ditawan Polisi Belanda segera menggabungkan diri. Anggota pasukan yang menggabung ke dalam Yon (R) ALRI Divisi IV A itu kurang lebih 35 orang.

Perjuangan terus berlanjut. Diadakan pembentukan kompi-kompi pasukan, dan mengadakan latihan dasar ketentaraan. Disalurkan pada kompi-kompi di beberapa kawasan sebagai basis pertahanan di wilayah Hulu Sungai.

Pasukan yang telah siap fisik dan mental ditugaskan mencegat kendaraan milik KNIL dan Polisi NICA yang melewati jalan-jalan raya untuk memperoleh senjata, juga menyerang pos-pos polisi NICA di kota kecamatan yang terpencil.

"Terdapat 7 buah kompi pasukan yang penempatannya disesuaikan rencana pembangunan basis kekuatan pertahanan. Satu di antaranya Kompi Daerah Tabihi yang dipimpin langsung Komandan Ma'rufi," papar Mansyur.

Kompi lainnya adalah Kompi Daerah Amuntai (dipimpin Komandan Kudusi), Kompi Daerah Haruyan (dipimpin Komandan Arifin Hamzah), Kompi Daerah Negara Selatan (dipimpin Komandan Akhmad Rizal), Kompi Daerah Negara Utara (dipimpin Komandan Hamberan Ahmadi), Kompi Daerah Padang Batung (dipimpin Komandan Lasmuni) serta Kompi Daerah Kandangan Hulu (dipimpin Komandan Muktar).

Pasukan ALRI Divisi IV A makin bertambah besar setelah pasukan Hisbullah pada Juni 1948 menggabungkan diri. Pada era ini, Pimpinan Umum (PU) MPK ALRI Divisi IV mengeluarkan beberapa instruksi lagi yaitu pembentukan "Pasukan Jibaku".

Pasukan berani mati untuk melancarkan perebutan senjata musuh setiap kesempatan. Pasukan Jibaku inilah yang menjadi pasukan-pasukan inti dengan wilayah teritorialnya sendiri.

Di antaranya Daerah Hulu Sungai Selatan di bawah pimpinan Ma'rufi sebagai komandan dan Ibnu Hadjar sebagai wakilnya.

Kemudian Ma'rufi dipindahkan ke bagian urusan teritorial maka Ibnu Hadjar sebagai komandan dan Samideri Dumam sebagai wakilnya, dan dibantu oleh Andi Tajang sebagai Pembantu Khusus.

Setelah terbentuk dan tersusunnya Personalia Pimpinan Markas Besar Gerakan Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan, maka sejak itulah pula kegiatan dan serangan lebih ditingkatkan lagi. Sehingga lebih sering terjadi pertempuran-pertempuran di mana-mana dalam wilayah Kalimantan Selatan pada saat itu.

Kekuatan-kekuatan yang besar pendukung perjuangan Markas Besar Gerakan Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan ini terdiri dari Pasukan Penggempur dan Markas-markas Daerah yang membawahi markas-markas pangkalan di tiap-tiap desa dalam wilayah kedudukan Markas Daerahnya masing-masing.

"Pada era ini perjuangan gemilang ditorehkan Markas Daerah X-18 Kandangan yang dikepalai Ma'rufi Utir," sebut Mansyur.

Ma'rufi Utir tidak hanya menjadi pemimpin pasukan. Kepiawaiannya dalam berkomunikasi juga menjadi modal menjadi utusan dari Hasan Basry.

Seperti pada kejadian di Bulan Mei 1949, kedudukan Markas Besar ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan senantiasa berpindah-pindah namun tetap berada di sekitar Batang Alai.

Setelah Markas Besar berada di Haruyan selanjutnya berpindah ke Kandangan. Untuk melaksanakan program penyatuan organisasi perjuangan ke dalam ALRI Divisi IV A, bulan Maret 1949 Pemimpin Umum mengutus Budhigawis, Hasnan Basuki dan Ma'rufi ke daerah Selatan.

img

Plakat dari Menteri/Panglima Angkatan Laut RI Laksamana Madya Laut E.Martadinata kepada Ma'rufi Utir. Foto-bakabar.com/Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner