bakabar.com, BATULICIN – Tradisi ‘mangayu’ atau ‘bacari kayu’ masih melekat dan dilakukan oleh sebagian masyarakat di Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu).
Tradisi ini biasanya dilakukan masyarakat untuk menyambut kegiatan hajatan atau acara besar di kampung mereka. Seperti misalnya acara resepsi perkawinan.
Di Sari Gadung, Kecamatan Simpang Empat, tradisi ini masih dilaksanakan. Terutama jika ada salah satu warganya yang memiliki hajatan besar khususnya perkawinan.
Mangayu dilakukan secara gotong royong oleh kaum laki-laki. Tak kenal usia, baik tua maupun muda mereka pergi ke hutan mengumpulkan kayu-kayu untuk di bawa ke rumah orang yang berhajat. Kayu itu sebagai bahan bakar masak.
“Tradisi mangayu ini sudah sejak lama dilakukan kalau ada acara besar. Meski sekarang sudah mulai pudar, tetapi di sini masih kami laksanakan,” ujar salah satu warga Akhmad Arifin.
Tradisi mangayu ini juga dinilai masyarakat setempat sebagai ajang silaturrahmi dan tempat berkumpul dalam melakukan pekerjaan secara gotong royong.
“Di acara ini, kekentalan silaturrahmi dibangkitkan dengan gotong royong,” ujarnya.
Usai bacari kayu, kayu dikumpulkan di rumah yang memiliki hajat dan dilanjutkan dengan memotong dan membelahnya dengan menggunakan kapak yang disebut manungkih kayu.
“Kayu yang besar-besar ditungkih (dipotong) menggunakan kapak agar lebih mudah digunakan untuk menyalakan api,” terangnya.
Biasanya kayu yang digunakan sangat beragam, seperti kayu alaban dan kayu karet.
Disaat kaum laki-laki sibuk batungkih kayu, para wanita sibuk mempersiapkan hidangan untuk dimakan bersama waktu siang.
Biasanya hidangan yang disuguhkan adalah nasi, ikan asin, lengkap dengan sayur humbut dan waluh, termasuk gangan basantan (sayur umbut dan labu).
Baca Juga: Desa Tanah Habang Mataraman Kebanjiran, Warga Enggan Mengungsi
Baca Juga: Pengamat: Kualitas Durian Banjar Tak Kalah dengan Durian Asia
Reporter : Syahriadi
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin