bakabar.com, BANJARMASIN – Derai air mata keluarga korban jemaah asal Kalsel tumpah di Makam Syuhada Haji Banjarbaru, 42 tahun silam.
Di sana, tempat ratusan jemaah haji Banua bersemayam pasca-kecelakaan pesawat di Kolombo, Srilangka.
Lokasinya di Jalan A Yani KM 24, Landasan Ulin Tengah, Kecamatan Liang Anggang, Kota Banjabaru.
Perlu diingat, tragedi kecelakaan pesawat jemaah haji tanah air di Kolombo yang menimpa warga Kalsel itu merupakan yang kedua di tahun 1970-an silam.
Peristiwa tragis pertama, musibah Kolombo yang terjadi pada 4 Desember 1974.
Pesawat DC-8 buatan McDonnell Douglas, Amerika Serikat, dengan nomor penerbangan 138 itu hancur berkeping-keping.
“Pesawat DC-8 55F tersebut milik maskapai Belanda Martin Air, yang dicarter maskapai Garuda,” ucap Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP ULM, Mansyur kepada bakabar.com, Sabtu (1/8) siang.
Peristiwa nahas itu menewaskan sebanyak 182 jamaah haji, 3 pramugari dan 8 awak pesawat.
Terdiri 16 orang asal Lamongan, 1 orang asal Surabaya, 50 orang asal Sulawesi Selatan, 3 orang asal Kalimantan Timur dan 111 orang asal Blitar, Jawa Timur.
“Mereka adalah rombongan calon jamaah haji dari embarkasi Surabaya menuju Jeddah, Arab Saudi. Ini terjadi pada Rabu malam dan jatuh di Puncak Adam dari perbukitan Tujuh Perawan,” beber Mansyur.
Berselang empat tahun, kata Mansyur, tepatnya pada 15 November 1978, tragedi berdarah kembali menerpa calon jamaah haji Indonesia, khususnya Kalsel.
Di mana, pesawat Islandia yang dicarter Garuda jatuh menjelang pendaratan.
“Sebanyak 181 dari total 262 orang isi pesawat meninggal,” ungkap Mansyur.
Pesawat carteran Garuda Indonesia yaitu DC-8 63 CF kode LL001 TF FLA milik maskapai Loftleider Icelandic, Islandia ini, membawa jamaah calon haji Kalsel.
“Pesawat berangkat dari Embarkasi Surabaya menuju ke Jeddah, Arab Saudi,” cetus Mansyur.
Pesawat buatan tahun 1968 milik Matin Air itu gagal mendarat di Bandara Badaranaike Kolombo dan jatuh di Maskeliya, Srilanka.
Pesawat yang bermaksud melandas di Landasan 22 itu jatuh hanya sekitar 3,7 km sebelah timur bandar udara.
Dari peristiwa ini sebanyak 174 jamaah dinyatakan tewas dan 75 jamaah selamat.
“Sebuah keajaiban, terdapat 46 jamaah yang tidak cedera sedikitpun,” bebernya.
Para korban yang selamat sempat menginap satu malam di Hotel Indonesia Sheraton. Selanjutnya, pada pagi, mereka diterbangkan ke Banjarmasin.
Sabtu petang sekitar pukul 15.25 WIT, sebanyak 2 pesawat Hercules TNI-AU yang membawa 111 peti jenazah berisi 173 korban mendarat di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin.
Dari ratusan jenazah, hanya sebanyak 37 korban yang masih bisa dikenali identitasnya.
Mereka disemayamkan sementara di bandar udara.
Sedangkan 136 korban yang tak dikenali identitasnya dimakamkan pada empat lubang ukuran 6 x 2l/2 meter di Makam Syuhada Haji Kota Banjarbaru. Tidak jauh dari Makam Pahlawan Bumi Kencana, Banjarbaru.
“Pemakaman dengan upacara militer itu baru selesai pukul 21.30 waktu setempat. Hari itu semua restoran, bar, bioskop dan tempat hiburan lainnya tutup. Bendera hijau terpancang di pintu-pintu keluarga para korban,” pungkasnya.
Kini, Makam Syuhada Haji Banjarbaru itu masih terawat. Namun sayang, pada lebaran Iduladha 1441 H kali ini, sepi peziarah.
Menurut penuturan penjaga maka, Rasiem, peziarah dapat dihitung dengan jari.
Dia mengaku mungkin karena pandemi Covid-19, sehingga tak seramai tahun sebelumnya.
Meski begitu, masih lebih baik dari peziarah saat Idulfitri kemarin.
“Saat Iduladha ini mendingan dari Idulfitri kemarin, hanya 2 orang saja,” ujarnya kepada bakabar.com, kemarin.
Yang menarik, masyarakat sekitar percaya ihwal terkabulnya hajat jika mendoakan yang syahid.
“Kebanyakan memang terkabul, yang penting niatnya memang untuk mendoakan. Meski mereka (yang datang) bukan keluarganya,” tutur Rasiem yang mengaku ikhlas merawat makam, meski tak lagi menerim upah.
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin