bakabar.com, MARTAPURA - Sepuluh mahasiswa semester akhir Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) menemukan lutung kelabu saat melakukan riset di Taman Biodiversitas pada hutan hujan tropis di Lembah Bukit Manjai di Mandiangin Timur, Kabupaten Banjar.
"Kami sangat beruntung bisa menemukan kawanan lutung kelabu (trachypithecus cristatus), fauna dievaluasi sebagai rentan di dalam IUCN Red List dan merupakan satwa dilindungi," kata dosen pembimbing Dewi Amelia Widyastuti dalam keterangannya, Selasa (31/12/2024).
Lutung kelabu memiliki daerah sebaran yang cukup luas, tetapi hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar mengancam keberadaan spesies ini.
Oleh karenanya, sejak 11 Juli 2018 Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menetapkan lutung kelabu sebagai jenis satwa yang dilindungi.
Diakui Dewi, penelitian yang dilakukan di Taman Biodiversitas Hutan Hujan Tropis Lembah Bukit Manjai sangat menarik. ‘’Karena banyaknya keanekaragaman yang ada dan upaya konservasi yang sedang dilakukan, seperti pelestarian pohon Ulin (Eusideroxylon zwageri) dan Anggrek raksasa (Grammatophyllum speciosum) yang keberadaannya di alam mulai sulit ditemukan,’’ tuturnya, sebagaimana dilansir Antara.
Menurut Dewi, keterlibatan mahasiswa dalam penelitian yang dilakukan akan turut serta mendukung pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menjadi fokus utama di kampus, khususnya dalam bidang penelitian dan pengabdian masyarakat serta penguatan kualitas riset.
Taman Biodiversitas diprakarsai oleh Dr. Amalia Rezeki, seorang Biologist Conservation, pada 5 November 2020, bertepatan dengan hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Taman seluas sekitar empat hektar ini bertujuan sebagai wahana riset, konservasi serta wisata minat khusus.
Pusat Studi dan Konservasi Keragaman Hayati Indonesia merupakan lembaga nonprofit yang berdiri sejak tahun 2013.
Menurut Amel, sebutan akrab peraih ASEAN Youth Eco Champion 2019 di Cambodia dan penghargaan Kalpataru 2022 sebagai Penyelamat Lingkungan dari Pemerintah Republik Indonesia itu, Taman Biodiversitas didirikan sebagai bentuk tanggung jawab keilmuan, mengingat dia juga dosen pendidikan biologi di ULM dan berusaha memberikan terbaik bagi pengembangan keilmuan.
"Ini juga sebagai bentuk keimanan saya sebagai khalifah di muka bumi untuk menjaga, merawat dan memuliakan alam ciptaan-Nya, Allah SWT," ujarnya.
Amel menyebut Taman Biodiversitas juga berfungsi menjaga keseimbangan neraca air di kawasan Mandiangin Timur melalui peran hidrologisnya.
Dengan adanya vegetasi tumbuhan tersebut, ketika terjadi hujan, maka sebagian dari air hujan akan mampu diserap dan dikelola oleh ekosistem Taman Biodiversitas ini.
Sehingga tak mengherankan jika di kawasan Taman Biodiversitas terdapat mata air yang tak pernah kering, meski di musim kemarau sekalipun. Mata air ini disebut “Tirta Asri".
Menurut Ramadhan Jayusman, pengelola Taman Biodiversitas, di taman itu tumbuh berbagai tegakan secara alami, seperti durian (Durio zibethinus), langsat (Lansium domesticum), jengkol (Archidendron pauciflorum), gayam, sukun (Artocarpus altilis), nangka (Artocarpus heterophyllus).
Lalu, cempedak (Artocarpus integer), jambu air (Syzygium aqueu), pohon tarap (Artocarpus odoratissimus) dan pohon langka seperti ulin (Eusideroxylon zwageri) serta gaharu (Aquilaria malaccensis) di samping itu juga banyak tumbuh ragam jamur makroskopis yang unik dan eksotik untuk diamati.
Adapun keanekaragaman fauna jika beruntung bisa menemukan kawanan lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) dan beruk (Macaca nemestrina), kijang (Muntiacus muntjak), landak (Hystrix javanica), serta berbagai jenis burung dan reptil.
Taman Biodiversitas ini dilengkapi beberapa gazebo tempat istirahat dan bagi yang suka camping, terdapat juga fasilitas camping ground dengan view khas hutan hujan tropis Kalimantan.(*)