bakabar.com, MARABAHAN – Sekalipun sudah melakukan panen raya, luas tanam jagung hibrida di Barito Kuala masih belum sesuai target.
Panen raya jagung hibrida dipusatkan di Desa Sidomakmur, Kecamatan Marabahan, Selasa (12/8). Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS, mengawali panen tersebut. “Panen ini membuktikan jagung juga dapat tumbuh dan berkembang di Batola, sekaligus menjadi komoditas alternatif selain padi,” ungkap Noormiliyani.
“Lebih jauh lagi, keberhasilan ini dapat memotivasi petani lain untuk menjadikan lahan kosong menjadi lahan pertanian jagung,” tambahnya.
Namun demikian, luas tanam jagung di Batola belum memenuhi target. Dari target 2.225 hektar sepanjang 2020, baru tercapai sekitar 800 hektar.
“Kendala paling banyak adalah tata kelola lahan yang belum memungkinkan dan permodalan,” sahut Murniati, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) Batola, Rabu (12/8).
‘Imbasnya petani belum tertarik memanfaatkan lahan untuk budidaya jagung pasca panen padi. Tetapi untuk target 2020, dilakukan penanaman lagi mulai akhir Agustus,” sambungnya.
Situasi itu akhirnya berimbas kepada produktivitas. Produksi jagung Batola tercatat hanya 54 kuintal per hektar, atau masih di bawah rata-rata provinsi sebesar 58 kuintal per hektar.
Sejatinya jagung cukup potensial di Batola. Dalam dua tahun belakangan, luas tanam mulai meningkat. Dari semula hanya 2.000 hektar, bertambah menjadi 4.300 hektar.
“Sekitar 245 hektar di antaranya berada di Marabahan. Sedangkan di Sidomakmur, terdapat sedikitnya 70 hektar lahan jagung,” beber Murniati.
“Kami berharap terus terjadi peningkatan, mengingat lahan jagung di Sidomakmur mampu menghasilkan 86 kuintal per hektar, setelah Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ikut membantu melalui penerapan teknologi,” sambungnya.
Balittra sendiri menggunakan teknologi panca kelola lahan dalam membantu peningkatan produksi jagung di Sidomakmur.
“Termasuk panca kelola lahan tersebut adalah pengairan, tata lahan, ameliorasi dan pemupukan, cara penanaman dan proteksi,” timpal Yiyi Sulaeman, Kepala Balittra.
“Salah satu contoh ameliorasi adalah penggunaan rock phosphate untuk memacu pertumbuhan akar. Penggunaan bahan ini juga efesien, karena bertahan sampai lima kali musim tanam,” tambahnya.
Tidak seperti melon yang juga mulai dibudidayakan di Sidomakmur, jagung tak cocok ditanam di lahan tergenang. Situasi ini mengharuskan petani mesti memperhatikan sistem hidrasi.
“Susunan tanam juga harus diperhatikan. Tak bisa ditanam begitu saja, tapi zigzag untuk menambah populasi,” tandas Yiyi yang masuk jajaran 500 peneliti terbaik nasional versi Science and Technology Index (Sinta) edisi 2020.
Editor: Syarif