bakabar.com, BANJARMASIN – Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kabupaten Tabalong berupaya menyelamatkan berbagai jenis anggrek khas Pegunungan Meratus melalui pembangunan rumah konservasi anggrek. Tujuannya agar bunga langka itu tidak punah.
Kepala Seksi Pemanfaatan KPH Tabalong Aidil Fahruraji di Tanjung, Rabu (12/6) mengatakan Rumah Konservasi ini untuk memperbanyak dan melestarikan jenis anggrek yang ada di Kabupaten Tabalong.
Menurut Aidil, untuk mengembangkan rumah konservasi anggrek tersebut, pihaknya menggandeng Kelompok Tani Hutan Bunga Sari Desa Garagata Kecamatan Jaro.
Baca Juga: Kebijakan Pemimpin Daerah Mendatang Wajib Pro Lingkungan
“Rumah konservasi anggrek ini bagian dari pengelola Hutan Kemasyarakatan di Desa Gragata,” kataAidilseperti ditulis Antara.
Berbagai jenis anggrek yang dibudidayakan tersebut, diambil dari kawasan hutan dan sekitar wilayah pengelolaan KPH Tabalong seperti anggrek bulan dan anggrek hitam.
Ada beberapa jenis anggrek yang di ambil dari kawasan Pegunungan Meratus dengan jenis sangat bervariasi.
“Anggrek ini akan kita budidayakan dan lestarikan agar spesies yang ada di Tabalong dapat terjaga kelestariannya,” jelas Aidil.
Bukan hanya untuk kelestarian saja, ke depan KPH Tabalong dan Kelompok Tani Bunga Sari akan menjadikan rumah konservasi sebagai sumber penghasilan warga lokal.
Baca Juga: Dinsos Bangkitkan Usaha Madu Kelulut dan Lebah Meratus di Balangan
Sejumlah anggota kelompok tani pun sangat senang dengan adanya rumah anggrek ini karena selain menyalurkan hobimengoleksi keberadaan anggrek bisa menghasilkan rupiah.
Selain di Tabalong, berbagai daerah di Kalsel, juga dikenal kaya akan berbagai jenis anggrek langka dan bagus, seperti bulan Pleihari yang memiliki banyak kelebihan yang tidak terdapat pada anggrek jenis lainnya di daerah lain.
Sebelumnya, berdasarkan data Persatuan Anggrek Indonesia (PAI) anggrek Pelaihari dari Kabupaten Tanah Laut, yaitu masa bunga cukup lama antara tiga sampai enam bulan, sedangkan anggrek biasa tidak lebih dari satu bulan, katanya.
Selain itu, tambahnya, anggrek bulan Pelaihari memiliki jumlah kuntum dalam satu tangkai bisa mencapai antara 25-50 buah, sedangkan anggrek biasa hanya sekitar 10-15 kuntum, dan banyak cabang dalam tangkai, sedangkan anggrek lainnya hanya satu cabang.
Anggrek bulan Pelaihari ini juga merupakan salah satu jenis anggrek yang memiliki bunga yang sangat indah berwarna putih bersih dan bernilai ekonomi yang tinggi, katanya.
Baca Juga: AMAN dan Pemkab HST Percepat Pengakuan Hak dan Hutan Adat Meratus
Mengutip keterangan PAI Kalsel, bahwa di Kalsel terdapat 1000 anggrek dari 4000 jenis anggrek Kalimantan.
Dari 1000 anggrek di Kalsel itu tujuh diantaranya anggrek langka yang dilindungi undang-undang, sehingga tak bisa diperjualbelikan.
Ketujuh anggrek dilindungi dimaksud adalah Paraphalaenopsis laycocki, Paraphalaenopsis labukensis, dan Paraphalaenopsis serpentilingua, ketiganya merupakan jenis anggrek tikus yang kini sulit diperoleh.
Selanjut Phalaennopsis gigantea atau anggrek bulan gajah, Coelogyne pandurata atau anggrek hitam, Spatthoglottis aurea atau anggrek tanah kuning, terakhir Grammatophylium speciosum.
Baca Juga: Di Meratus, Etnomusikolog asal California Teliti Alat Musik Tradisional
Editor: Syarif