bakabar.com, KOTABARU - Letak geografisnya yang berada di perbatasan Selat Makasar dan Laut Jawab, Kotabaru berpotensi jadi tempat migrasi malaria.
Kepala Dinas Kesehatan Kotabaru H Akhmad Rivai di Kotabaru mengatakan, melihat kondisi tersebut, maka diperlukan surveilans migrasi, agar dapat melakukan antisipasi sejak dini.
“Surveilans migrasi adalah kegiatan pengambilan sediaan darah orang-orang yang menunjukkan gejala malaria klinis yang baru datang dari daerah endemis malaria dalam rangka mencegah masuknya kasus malaria impor,” kata Rivai seperti ditulis Antara.
Baca Juga: May Day, Ini Tuntunan Buruh Kalsel
Dia menjelaskan, pertemuan yang diselenggarakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banjarmasin Kementerian Kesehatan dihadiri Dinas Kesehatan Kabupaten Kotabaru, dan Dinas Kesehatan Tanah Bumbu sebagai narasumber.
serta Kantor Balitbangkes wilayah Tanah Bumbu, KSOP Kelas III Kotabaru – Batulicin, Kantor UPBU Bandara Gt. Sjamsir Alam, Satpolair Polres Kotabaru, PT. Pelni Kotabaru, RSUD P. Jaya Sumitra Kotabaru, dan Puskesmas.
Tujuan kegiatan surveilans migrasi di samping merupakan momentum peringatan Hari Malaria Sedunia pada 25 April juga dalam rangka mencegah terjadinya penularan malaria, terutama yang berasal dari luar daerah satuan penularan/epidemiologi.
Selain itu menemukan penderita malaria secara dini yang datang dari daerah endemis/penularan malaria; memberikan pengobatan pada penderita malaria sesuai standard; meningkatkan jejaring kemitraan dengan berbagai program/sektor terkait termasuk masyarakat; dan memantau pola musiman migrasi penduduk terutama di wilayah reseptif.
Baca Juga: Ramadan 2019, Warung 'Sakadup' Jadi Atensi di Tapin
Dikatakannya Kotabaru yang memiliki 28 Puskesmas pada data kasus tahun 2018 masih ditemukan 22 Desa Endimis Malaria yaitu Kecamatan Pulau Sembilan (4 Desa); Kecamatan Kelumpang Barat (5 Desa); Sungai Durian (3 Desa); Pamukan Barat (3 Desa); Hampang (2 Desa); Kelumpang Hulu (2 Desa); Pulau Laut Selatan (2 Desa); dan Pulau Laut Tengah (1 Desa).
“Diharapkan dengan kegiatan tersebut terjadi penemuan dini penderita dan pengobatan malaria; terjadinya pemantauan dan pengendalian vektor malaria dan lingkungan di wilayah kerjanya,” ujarnya dalam siaran pers.
Serta terjadinya notifikasi terhadap kasus positif yang ditemukan kepada KKP asal, KKP tujuan, dengan tembusan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tujuan; terjadinya sinkronisasi pelaksanaan kegiatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten; serta dilakukan promosi kesehatan.
Baca Juga: Deteksi Kanker Payudara Perempuan Binaan Rutan Rantau
Editor: Syarif