Kalsel

Konservasi di Tengah Sungai Barito, Kiat Adaro Melestarikan Bekantan

apahabar.com, BANJARMASIN – Banyak hal tentang perubahan yang berlangsung di Pulau Bakut, melalui kerja sama 5…

Featured-Image
Taman Wisata Alam Pulau Bakut di Kabupaten Barito Kuala. Foto- Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Banyak hal tentang perubahan yang berlangsung di Pulau Bakut, melalui kerja sama 5 tahun dengan Adaro.

Pulau Bakut merupakan sebuah tempat konservasi Bekantan, satwa langka sekaligus endemik Kalimantan.

Untuk menyaksikan monyet hidung Belanda itu di Pulau Bakut, delta yang membelah Sungai Barito, wilayah Administrasi Batola itu cukup mudah dijangkau. Pengunjung pun bisa mengatur jadwal pada pagi dan sore hari.

Saat pagi, mereka mencari makan, dan sore hari, biasanya Bekantan akan membahasi tubuh di sungai, sekaligus berjemur, dan bercengkerama dengan anggota koloninya.

BKSDA Kalsel mencatat, ada sekitar tiga koloni, dengan 67 ekor Bekantan yang terhitung saat ini.

Dalam lawatannya ke Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut, Mahrus Ariyadi, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel, bersama Rusdi Husin, QHSE Division Head PT Adaro Energy Tbk, beberapa waktu lalu, menjelaskan banyak hal tentang perubahan yang berlangsung di pulau Bakut, melalui kerja sama 5 tahun dengan Adaro.

Menurut Mahrus, upaya pelestarian habitat Bekantan berbasis partisipasi masyarakat, sekaligus bakal mengetengahkan nilai edukatif. Terutama pada para pengunjung.

"Bukan sekadar ikon, pengunjung bisa secara langsung melihat Bekantan seperti apa? Bagaimana kebiasaan primata ini. Nilai edukasi ini, juga bisa didapat melalui perbedaan tatanan ekologi sepanjang titian ulin, dengan sejumlah variannya. Di Pulau Bakut ini, akan kita persiapkan juga semacam klinik perawatan untuk Bekantan yang sakit," ungkap Mahrus.

Dalam pengelolaannya, kata Mahrus, masyarakat sekitar nantinya akan terlibat aktif, dengan pengawasan dari BKSDA.
Untuk itu, proses penyiapan masyarakat sedang dipersiapkan.

Tak sekadar benefit secara ekonomi, mereka juga diharapkan mampu menjadi ujung tombak perlindungan kawasan TWA Pulau Bakut.

Namun, lanjut Mahrus, proses penguatan TWA Pulau Bakut dan upaya mewujudkannya sebagai sanctuary Bekantan, tak lepas dari keterlibatan Adaro, sebagai pihak ketiga.

"Saya kira, respon Adaro sangat bagus. Sepekan usai kami tawarkan, pihak Adaro langsung menyambutnya," ujar Mahrus.

Selaras tujuan Adaro, dalam konteks pelestarian lingkungan, Rusdi menjabarkan sejatinya tawaran BKSDA Kalsel merupakan peluang bagi Adaro untuk terlibat aktif.

Terlebih Bekantan merupakan ikon, dan mereka hanya bisa ditemukan di Kalimantan.

"Ada idiom menarik yang kerap dilontarkan, bertindak lokal berpikir global. Kerja sama BKSDA Kalsel dan Adaro, saya kira merupakan implementasi dari idiom tersebut," tegasnya.

Kendati berjarak ratusan kilometer dari wilayah produksi Adaro, jelas Rusdi, hal tersebut bukan menjadi perhitungan.

Nilai dasar yang tertanam di Adaro, dengan kelestarian lingkungan sebagai salah satu tujuan, merupakan aspek penting semangat keikutsertaan Adaro dalam penguatan TWA Pulau Bakut.

Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan, lebih lanjut Rusdi menegaskan guna mendongkrak perekonomian mereka. Juga selaras dengan misi Adaro untuk mengembangkan kemandirian masyarakat pascatambang.

Sepanjang 2019, Adaro telah menggelontorkan dana senilai Rp1,8 miliar lebih, untuk pembangunan fasilitas penunjang di Pulau Bakut, seperti Titian Ulin sepanjang 650 meter, menara pantau, pintu keluar, pos penjualan tiket.

Adaro juga menyiapkan dana senilai Rp5 miliar untuk kerja sama dalam 5 tahun ke depan.

"Kita juga akan terlibat untuk menyiapkan SDM pengelola, melalui pelatihan-pelatihan," jelas Rusdi.

Sementara itu, pada 2020, sedianya bakal dibangun sejumlah shelter tambahan, klinik perawatan Bekantan, biofil atau septic tank portabel, sarana air bersih, dan pelaksanaan model pengembangan masyarakat sekitar. (Adv)

Baca Juga:Kumpulkan Benih, Adaro Bertekad Selamatkan Hutan Kalimantan

Baca Juga:Adaro Rehabilitasi Ribuan Hektare Lahan Kritis di Kabupaten Banjar

Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner