bakabar.com, BANJARMASIN – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Banjarmasin telah menginjak hari keempat. Namun demikian, masih saja banyak warga yang berkeluyuran di jalan.
Padahal dengan diberlakukannya PSBB, warga harusnya mengurangi aktivitas di luar rumah supaya terhindar dari paparan virus Corona (Covid-19).
Tapi apa mau dikata, urusan perut pun bukan hal yang bisa disepelekan.
Berdiam di rumah artinya tak bekerja. Tak bekerja maka tidak ada penghasilan. Tak berpenghasilan artinya anak istri di rumah tidak makan.
Bukan saja urusan perut yang mendesak, keperluan lain juga tak kalah pentingnya untuk segera dipenuhi. Sebut saja, biaya sewa rumah, kredit motor dan keperluan anak sekolah.
Untuk hal-hal yang penting tersebut , mereka pun merasa urusan kesehatan bisa di nomor belakangkan.
Dari pantauan bakabar.com, di antara mereka yang keluyuran di jalan itu merupakan para pengojek dan pembecak, yang sudah dilarang untuk membawa penumpang demi menghindari penyebaran virus Corona semakin masif.
Seperti yang nampak di sekitaran Mesjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin, Senin (27/4) siang tadi. Di sana, masih terdapat beberapa pengojek yang nekat untuk mangkal.
Dari beberapa pengojek yang mangkal itu, salah satunya ialah Zulkifli. Bermodalkan sepeda motor Yamaha Jupiter Z, pria yang sudah nampak renta itu tetap mangkal meski dihantui virus tak kasat mata.
Pria berusia 67 tahun itu mengatakan, alasannya tetap mangkal lantaran bingung harus bagaimana lagi untuk memenuhi kebutuhan anak-istrinya.
Walau, kata Zulkifli, dengan keluar rumah pun juga tak memberikan kepastian akan rezekinya, namun itu dirasa lebih baik dibandingkan berdiam diri di rumah.
“Ya dari pada di rumah, di sini kadang ada saja orang yang memberikan nasi sembako dan sebagainya. Lumayan untuk buka puasa,” ujar warga Malkon Temon, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin Utara itu.
Sementara itu, bantuan yang dijanjikan pemerintah, kata dia, tak jua kunjung ada kejelasannya hingga saat ini.
“Kalau dapat bantuan, gak papa di rumah. Tapi tidak ada dapat bantuan, tidak pernah didata,” ucapnya.
Jika pun mendapat bantuan yang dijanjikan oleh Pemerintah Kota Banjarmasin, yakni beras dan uang Rp600 ribu/bulan, menurutnya itu pun masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi keperluan keluarga sehari-hari.
“Kalau uang segitu cuma bisa untuk bayar kontrakan, gimana untuk keperluan yang lain. Tapi kalau ada bisa aja untuk tidak ngojek lagi, bisa aja kita cukup-cukupkan,” imbuhnya.
Selain Zulkifli, pengojek lain yang tetap mangkal adalah Agus.
Sambil duduk di atas motor Honda Blade miliknya, Agus nampak agak sedikit kesal dan menyampaikan alasan dirinya tetap mengojek meski tak jarang pulang tanpa memperoleh apapun.
“Ya gimana lagi, disuruh berdiam di rumah atau stay home, tapi tabungan sudah habis, jadi terpaksa ngojek untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” keluhnya.
“Kami ini penghasilan cuma habis sehari, kalau tidak kerja, mau makan apa. Mending di sini ngusir waktu, kadang ada saja yang memberi buat buka puasa,” sambungnya.
Disampaikannya, sejak dulu hingga sekarang jika ada bantuan dari pemerintah seperti raskin dan sebagainya, ia dan keluarga tidak pernah dapat.
“Dari dulu tidak pernah dapat, khawatirnya yang dapat bantuan ini, orangnya yang dulu-dulu juga. Iya kalau memang orangnya masih susah, tapi bagaimana kalau hidupnya sudah mampu, keenakan kalau dapat,” ujarnya.
Warga Jalan Kampung Melayu Laut, Banjarmasin Tengah itu pun berharap agar pihak Pemerintah Kota Banjarmasin bisa turun langsung untuk melakukan pendataan ulang, agar bantuan sosial ini bisa tepat sasaran untuk yang benar-benar membutuhkan.
“Kalau saya berharap pemerintah mau mendata ulang dan bantuan itu kalau bisa disalurkan langsung ke rumah, kesian yang seperti kami ini,” tuturnya.
Meski menurutnya, dengan adanya bantuan pun juga bakal tidak akan cukup untuk memenuhi keperluannya sehari-harinya.
“Kan kebutuhan ini macam-macam, belum bayar ledeng dan listrik, kemudian bayar angsuran sepeda motor, lalu keperluan istri, belum lagi yang punya anak,” sebutnya.
Tapi, jika dapat, ia mengatakan akan mencoba untuk mematuhi aturan dari pemerintah untuk tetap di rumah.
“Kalau ada bantuan, saya lihat sikon juga, tapi kalau memang bisa cukup, ya untuk apa saya ngojek, kita kan juga khawatir terjangkit penyakit, mending di rumah,” paparnya.
“Kalau tidak dapat sama sekali mau gimana, kalau peribahasanya lebih baik mati karena Corona dari pada melihat keluarga kelaparan,” tambahnya.
Kemudian, keluhan yang sama juga disampaikan oleh Pardi (45), yang ditemui tengah mangkal di sekitar Jalan Teluk Dalam, Banjarmasin Tengah.
Dengan mata sayu karena kelelahan, pria asal Madura yang sudah puluhan tahun berdomisili di Banjarmasin ini menceritakan betapa bingungnya ia ketika diharuskan memilih berdiam diri di rumah tapi keluarga tidak bisa makan atau tetap mengayuh becaknya, kendati perasaan dibalut rasa was-was oleh virus Corona.
Di luar rumah pun, kata dia, tak jua ada penumpang yang naik ke becaknya, tapi itu dirasa lebih baik ketimbang hanya berdiam diri di rumah.
“Ini juga mana ada penumpangnya mas, tapi kalau di rumah ya kaya apa juga, tidak bisa makan keluarga,” ungkapnya lirih.
Pardi pun mengaku sangat bingung ketika kepalanya harus memikirkan keperluan lain, seperti bayar sewa rumah serta untuk mengirimi uang sekolah anak di kampung setiap bulannya.
“Mending keluar, sambil berusaha mencari penumpang,” katanya sedih.
Ditanya terkait bantuan dari pemerintah kota, Pardi yang tinggal di Jalan Batu Benawa, Banjarmasin Tengah itu mengaku tidak tahu menahu. Hingga kini, diakuinya jika dirinya dan istri belum jua pernah didata sebagai penerima bantuan.
“Kalau bantuan cuma ada dari masyarakat aja mas, kalau dari pemerintah tidak tahu saya, tapi mudah-mudahan ada rezekinya,” harapnya.
Tak jauh berbeda, nasib kurang beruntung juga dirasakan oleh Murhansyah, warga Jalan Benua Anyar, Banjarmasin Timur.
Di tengah pandemi Covid-19, pria berumur 54 tahun tersebut tetap rela mengayuh becak berkilometer jauhnya hanya untuk mencari sesuap nasi buat anak dan istrinya.
“Saya ini rumah menyewa, bayarnya Rp300 ribu/bulan, belum ledeng dan listrik, kalau berdiam diri di rumah kaya apa,” katanya saat ditemui di kawasan Jalan Djok Mentaya, Banjarmasin Tengah.
Namun, nasib Imur, begitu ia disapa, agak lebih baik daripada tiga orang sebelumnya.
Imur sudah pernah di data oleh RT tempatnya tinggal sebagai penerima bantuan, kendati pun ia tidak tahu kapan bantuan tersebut akan dibagikan.
Untuk diketahui, Pemkot Banjarmasin menyiapkan sebanyak 41.000 bantuan untuk warga yang terdampak selama wabah Covid-19. Bantuan tersebut merupakan hasil kucuran dana APBN senilai Rp33 miliar.
Selain itu, Pemkot Banjarmasin juga akan menyiapkan sebanyak 20.000 bantuan untuk warga miskin baru.
Reporter: Riyad Dhafi REditor: Muhammad Bulkini