bakabar.com, BANJARMASIN - Nabi Muhammad SAW pernah menghadapi krisis ekonomi. Persoalan krisis ekonomi sebenarnya bukanlah hal baru.
Krisis ekonomi sebenarnya sudah pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW dan para sahabatnya saat melewati fase-fase dakwah Islam.
Krisis ekonomi saat itu pernah terjadi saat Rasul hijrah dari Makkah ke Madinah. Dengan metode kerja sama disertai dengan kesabaran, akhirnya krisis tersebut dapat dilewati dengan sukses.
Krisis Ekonomi pada Masa Rasulullah SAW
Dilansir dari Okezone, Senin (2/1), Madinah yang mempunyai sumber daya alam dan terletak di tempat yang sangat strategis ternyata tidak menjamin terjadinya kemakmuran di negeri itu.
Madinah pernah diterpa krisis ekonomi yang bekepanjangan. Kesejahteraan juga tidak terjadi secara merata. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dari
Perbedaan tingkat ekonomi masyarakat yang sangat tajam.
Sebagian masyarakat sangat kaya, tetapi sebagian lainnya merana dalam jurang kemiskinan. Lebih dari itu, kondisi ini justru diperparah dengan krisis politik yang disebabkan oleh terjadinya pertikaian dan konflik para elite politik saat itu.
Krisis politik pun pada akhirnya memberi dampak negatif terhadap pengelolaan sumber daya alam dan manusia di Madinah.
Di sisi lain, kaum Muhajirin saat pindah dari Makkah ke Madinah sebenarnya tidak membawa bekal yang cukup seperti makanan, pakaian, dan lain sebagainya.
Sebagai seorang pemimpin yang bijak, kondisi ini telah dianalisis oleh Rasulullah SAW. Sebab, sebelum keberangkatan hijrah ke Madinah,
Rasulullah telah melakukan investigasi dan pengumpulan data hasil observasi awal yang dilakukan para sahabat saat berkunjung ke Madinah.
Sejarah mencatat bahwa sebelum pindah ke Madinah, Rasulullah telah mengutus Mus’ab bin Umair dalam rangka melihat kondisi sosio-politik dan sosioekonomi Madinah.
Khusus dalam bidang ekonomi, saat itu sistem ekonomi di Madinah telah berada dalam cengkeraman sistem ekonomi kapitalis. Mengapa? Karena sistem monopoli telah menjadi ideologi pelaku pasar. Sistem monopoli telah merusak norma-norma kemanusiaan serta sistem ekonomi riba yang merajalela.
Pendeknya, golongan Yahudi telah memegang sumber-sumber ekonomi dengan sistem kapitalisnya saat itu.
Tidak hanya itu, kaum Yahudi juga telah melakukan berbagai propaganda dalam rangka menghancurkan dakwah Islam yang sedang dijalankan Rasulullah dan para sahabatnya.
Mereka juga melakukan upaya penghasutan dengan melakukan pemboikotan agar tidak memberi bantuan makanan kepada kaum Muhajirin yang datang dari Makkah.
Krisis ekonomi saat itu juga disebabkan oleh peperangan antara suku Aus dan Khazraj yang berkepanjangan. Peperangan yang memakan waktu cukup lama itu tentunya mengeluarkan ongkos konflik yang tidak sedikit, seperti membeli peralatan senjata dan alat perang lainnya.
Di sisi lain, kaum Muhajirin juga sedang mengalami masa transisi ekonomi akibat perpindahan yang mereka lakukan. Hampir semua barang, hewan ternak, dan barang berharga lainnya ditinggal di Makkah.
Kemampuan ekonomi mereka sangat terbatas, apalagi krisis ekonomi 'bawaan' dari Makkah yang telah mereka hadapi sebelumnya. Tentunya kondisi ini menjadikan krisis ekonomi di Madinah semakin bertambah.
Kondisi yang sangat menyulitkan juga terjadi pada 9 H, yakni pada saat berhadapan dengan tentara Romawi pada Perang Tabuk. Saat itu terjadi musim panas yang berkepanjangan di Madinah, sementara itu tentara Romawi jauh lebih siap secara peralatan dan amunisi perang.
Demikianlah sekilas gambaran tentang berbagai impitan kondisi krisis ekonomi yang dihadapi Rasulullah SAW dan para sahabat dengan segala faktor dan kondisi yang melingkupinya. Meski begitu, Rasulullah sebagai seorang yang 'paripurna' dengan sigap dan responsif melewati krisis tersebut dengan sukses.
Faktor Utama Krisis Ekonomi pada Masa Rasulullah
Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa krisis ekonomi yang dihadapi Rasulullah SAW terutama pasca–hijrahnya ke Kota Madinah, paling tidak disebabkan oleh adanya tiga faktor utama, di samping beberapa faktor lainnya.
Faktor-faktor tersebut adalah pertama, sistem ekonomi kapitalis yang telah lama mencengkeram sistem perekonomian masyarakat Madinah saat itu.
Kedua, semakin maraknya propaganda yang dilakukan kaum Yahudi kepada masyarakat sebagai upaya menghempaskan dan menghancurkan dakwah Rasulullah.
Ketiga, krisis ekonomi semakin parah disebabkan peperangan antara suku Aus dan Khazraj yang berkepanjangan ditambah beratnya persiapan dalam menghadapi tentara Romawi dalam Perang Tabuk.
Kondisi peperangan ini tentunya sangat berdampak terhadap ekonomi masyarakat dan jalannya sistem perekonomian di Madinah secara umum.