haul guru sekumpul

Kisah di Balik Musala Ar-Raudhah, Lokasi ‘Langganan’ Haul Guru Sekumpul

Ada yang berbeda dengan peringatan Haul Guru Sekumpul kali ini, di mana tak lagi digelar di Musala Ar-Raudhah seperti tahun-tahun sebelumnya

Featured-Image
Musala Ar-Raudhah, lokasi 'langganan' Haul Guru Sekumpul (Foto: dok. Pinterest)

bakabar.com, JAKARTA - Haul Guru Sekumpul digelar malam ini, Kamis (26/1), di kediaman Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel). Hal itu sebagaimana disampaikan pemerintah daerah setempat melalui laman resminya.

“Haul Akbar Guru Sekumpul akan dilakukan pada malam Jumat tanggal 26 Januari, bertempat di kediaman gubernur di Kampung Keramat, mudah-mudahan bisa terlaksana dengan sukses,” begitu tulis kalselprov.go.id, dikutip Kamis (26/1).

Ada yang berbeda dengan peringatan kali ini, di mana tak lagi digelar di Musala Ar-Raudhah seperti tahun-tahun sebelumnya. Rumah peribadatan di Kelurahan Sekumpul, Martapura itu memang sejatinya adalah tempat ‘langganan’ perhelatan Haul Guru Sekumpul. 

Bukan tanpa alasan, Musala Ar-Raudhah dipilih lantaran masih berada di satu kawasan dengan peristirahatan terakhir sang ulama kharismatik, KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani nan akrab disapa Guru Sekumpul.

Penanda Era Baru Syiar Islam yang Dibangun Guru Sekumpul

Musala Ar-Raudhah, ternyata, pertama kali dibangun oleh Guru Sekumpul. Tempat ibadah ini didirikan di tanah yang diwakafkan sang ulama, bahkan pendanaannya pun berasal dari uang Guru Sekumpul sendiri.

Usut punya usut, Musala Ar-Raudhah rampung pada akhir 1980-an. Sebelum tempat ibadah itu eksis, wilayah di sekitarnya berupa hutan belantara. Lahan bertanah merah ini sangat lengang, hanya ada satu sampai dua rumah yang berdiri.

Pengajian dan berbagai acara keagamaan lainnya, semula, digelar di Musala Darul Aman yang bertempat di Kelurahan Keraton. Barulah pada awal 1989, aktivitas tersebut pindah lokasi, yang sekaligus menandai era baru dunia syiar Islam di Martapura.

Tentu saja, bangunan Musala Ar-Raudhah kala itu tak semegah sekarang. Sejumlah renovasi baru rampung pada Agustus 2004, di mana menjadi rumah megah bergaya Spanyol dengan aksen Mediterania.

Bangunan seluas 1.200 meter persegi itu dilengkapi dengan bermacam hiasan kaligrafi nan indah. Ornamen tersebut berupa ayat-ayat Al-Quran berukuran besar di ruang utama, serta dikelilingi serambi tempat belajar ilmu agama.

Jadi Tempat Peristirahatan Terakhir sang Ulama

Ketika sang ulama mengembuskan napas terakhir, dirinya dikebumikan di dekat musala yang dia bangun sendiri. Lebih tepatnya, dimakamkan dalam bangunan kubah yang disebut Kubah Sekumpul.

Di dalam kubah tersebut, tak cuma ada makam Guru Sekumpul. Melainkan, sekaligus juga menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi Guru Semman Mulia, paman-guru beliau; Guru Salman Jalil, guru beliau; dan sang Ibunda, Hj Masliah binti H. Mulia.

Ruangan kubah berukuran kurang lebih 25 meter persegi ini memiliki dua pintu masuk utama. Keduanya sengaja dipisahkan untuk peziarah laki-laki dan wanita.

Editor


Komentar
Banner
Banner