bakabar.com, BANJARMASIN – Masyarakat Banjar yang menunaikan ibadah haji ke Mekah sudah berlangsung lama. Diperkirakan sekitar Abad ke -17 atau sekitar tahun 1600 an, masyarakat Banjar sudah berhaji.
“Selama abad ke-17, perkembangan agama Islam dalam wilayah Kerajaan Banjar mendapat pengaruh dari ajaran-ajaran yang berkembang di Aceh,” ucap Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya Kalimantan (LKS2B), Mansyur kepada bakabar.com, Jumat (05/07/2019) pagi.
Baca Juga: Mengenal Adit, Calon Jamaah Haji Termuda Asal Banjarmasin
Dengan runtuhnya Kerajaan Demak sebagai pusat dakwah Islam se masa Wali Songo, kata dia, maka pengaruh perkembangan Kerajaan Aceh yang berkembang.
Kegiatan para ulama dan pendakwah dari Kerajaan Aceh telah merambah kemana-mana, termasuk dalam wilayah Kerajaan Banjar, di samping Sumatera sendiri dan Malaysia.
Kedudukan Kerajaan Aceh juga menentukan, karena Aceh merupakan terminal bagi jemaah haji dari Banjarmasin.
Khususnya, bagi yang akan berangkat ke Tanah Suci atau bagi mereka yang kembali ke tanah air.
Sebelum munculnya kapal api, para jamaah haji atau para pelajar yang akan belajar ke Tanah Suci, berdiam di Aceh beberapa lama menunggu angin baik untuk melanjutkan pelayaran.
“Begitu pula bagi mereka yang akan pulang ke tanah air khususnya daerah bagian timur dari kepulauan Nusantara ini,” cetusnya.
Selama berada di Aceh, sambung dia, mereka mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan ataupun mengikuti pengajian-pengajian. Oleh karena itu, maka perkembangan pemikiran yang berkembang di Aceh mempengaruhi mereka.
“Karena itulah pemikiran dari Hamzah Fansuri yang mengembalikan pada ajaran tasawuf Sunni, sampai pengaruhnya ke dalam Kerajaan Banjar,” katanya.
Tidak heran jika faham sufisme yang berasal dari Hamzah Fansuri sudah memasuki praktik keagamaan di dalam Kerajaan Banjar beberapa saat setelah penduduk memeluk agama Islam dan sudah ada yang berangkat ke Aceh dalam rangka menunaikan ibadah haji ke Mekkah.
Baca Juga: Optimalkan Layanan, Saudi Libatkan Petugas Haji Musiman
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin