bakabar.com, JAKARTA - Disleksia memiliki empat jenis. Mengenali keempatnya dapat mencegah risiko di masa depan.
Menurut University of Michigan Dyslexia Help, disleksia adalah kondisi umum yang menyerang 7% hingga 20% orang di seluruh dunia, sayangnya kondisi ini jarang terdiagnosis.
Disleksia merupakan kondisi ketidakmampuan untuk belajar yang melibatkan banyak gejala yang berbeda. Memiliki banyak jenisn dan harus didiagnosis oleh seorang ahli..
Melansir Everyday Health, untuk memastikan hal tersebut para ahli telah mengkategorikannya dalam bebeara kondisi, seperti:
Phonological Dyslexia
Disleksia Fonologis, merupakan kondisi seseorang mengalami kesulitan dengan kesadaran fonemik, atau hubungan sistematik antara huruf dan bunyi. Mereka kesulitan dalam menempatkan bunyi pada huruf-huruf yang membentuk suatu kata.
Disleksia Surface
Disleksia permukaan ini kesulitan dalam memahami suatu kata ketika melihatnya. Terkadang tipe ini dikenal dengan disleksia visual karena kesulitan dalam mengenal kalimat dan angka.
Disleksia ini kemungkinan besar disebabkan permasalahan bagian otak dalam memproses visual. Hal ini menyebabkan penderitanya kesulitan mengingat kata yang baru mereka baca.
Rapid Naming Deficit
Defisit penamaan cepat, adalah ketidakmampuan untuk memberi nama, huruf, warna atau angka dengan cepat.
Seorang anak yang mengalami disleksia ini memiliki waktu yang lama untuk memproses sebuah informasi, dan menyebabkan membaca lebih lambat.
Double Deficit Dyslexia
Beberapa anak mengalami lebih dari satu disleksia. Dan menyebabkan kombinasi disleksia secara bersamaan, biasanya terjadi pada disleksia fonologis dan rapid naming deficit.
Risiko Jangka Panjang
Disleksia juga terjadi karena gangguan koordinasi perkembangan dan autisme, sehingga menyebabkan terlambatnya dalam proses menulis dan memahami konsep matematika.
Beberapa penderita disleksia juga mengalami diskalkulia, yang mengacu pada kesulitan dalam menghitung angka.
Ada juga yang mengalami disgrafia, suatu kelainan terdistorsi atau kesulitan dalam menulis atau mengeja. Beberapa diantara mereka juga kesulitan membedakan antara kiri dan kanan.
Disleksia merupakan kondisi seumur hidup dan tidak hilang dengan sendirinya. Hal ini perlu diagnosis dan dilakukan pengobatan dini agar tidak berlanjut hingga masa dewasanya.
Kesulitan dalam memproses bahasa, menjega, atau belajar membuat anak kesulitan mengikuti pembelajaran di kelas. Hal ini menyebabkan keputusasaan, rendah diri dan kesulitan bersosialisasi.
Terkadang disleksia terjadi bersamaan dengan kondisi medis lainnya. Seperti menderita gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).