bakabar.com, JAKARTA – Kasus pelecehan eks Timnas Indonesia U-19, Muhammad Yudha Febrian, disoroti manajer Barito Putera, Mundari Karya, Senin (17/5).
Yudha Febrian diketahui terlibat dua kasus yang membuat nama pemain muda ini tercoreng di kancah sepakbola nasional.
Kasus pertama adalah dicoret dari pemusatan latihan Timnas U-19 akibat tindakan indisipliner, karena ketahuan pergi ke tempat hiburan malam bersama pemain lain bernama Serdy Ephy Fanorekan.
Sekarang pria kelahiran Bogor ini tersandung kasus pelecehan seksual terhadap seorang wanita. Korban yang memiliki akun Twitter @senandikha11, menceritakan kejadian itu dalam sebuah unggahan, Sabtu (15/5).
“Kejadian Yudha merupakan gambaran sepakbola nasional. Ini hanya contoh saja,” papar Mundari Karya seperti dilansir CNN Indonesia.
“Kenapa sepakbola nasional tidak berprestasi? Ini pekerjaan rumah semuanya dan kebetulan sekarang dilakukan bekas pemain saya,” imbuhnya.
Sebelum Yudha Febrian, kasus kekerasan terhadap perempuan pernah dilakukan Saddil Ramdani tatkala memperkuat Bhayangkara FC. Diyakini terdapat kasus lain yang mungkin tidak tercium publik.
“Dulu Saddil dengan kasus yang lebih berat lagi. Walau hanya beberapa pemain, semua harus sadar dan berbenah dengan situasi seperti ini,” tegas Mundari Karya.
Yudha Febrian diketahui dibina Barito Putera sejak berusia 16 tahun. Lantas setelah dicoret dari Timnas U-19, Barito mengirim sang pemain ke pesantren di Tasikmalaya dengan harapan bisa memperbaiki diri.
Namun terhitung sejak 15 April 2021 atau jauh sebelum pelecehan dilakukan, Yudha Febrian telah mengundurkan diri dari Barito Putera.
“Setelah kejadian pertama, kami memanggil Yudha dan dibawa ke pesantren. Sayang kejadian terulang lagi,” cetus Mundari.
Pun setelah mengundurkan diri, Mundari telah berkomunikasi dengan kedua orangtua Yudha. Mereka sampai menangis, setelah mendengar cerita tentang perilaku pemain kelahiran 13 Februari 2002 tersebut.
“Risiko pemain muda memang seperti itu. Kasus ini sekaligus masukan untuk pembinaan sepakbola nasional dan Yudha hanya contoh,” jelas Mundari.
“Kalau ingin sepakbola berprestasi, semua yang terlibat harus peduli dengan situasi-situasi seperti itu. Bagaimanapun ini penting, karena dapat mengganggu prestasi dan pembangunan sepakbola nasional secara keseluruhan,” tegasnya.
Di sisi lain, Mundari bersyukur Barito Putera telah mengetahui perilaku tidak beres pemain tersebut sejak dini.
Terlebih dengan fokus pembinaan usia muda, Barito Putera juga menekankan perilaku, selain teknik bermain.
“Walau sebenarnya kami kehilangan salah seorang pemain potensial, lebih bagus lagi kalau dapat diketahui sejak awal,” beber Mundari.
“Untuk mengetahui perilaku, kami memulai dari keluarga pemain, selain harus memiliki bakat. Kemudian kami menerapkan nilai-nilai religius kepada mereka,” tandasnya.
Sementara Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, juga ikut buka suara. Dengan sikap seperti itu, Yudha Febrian tampaknya sulit dipanggil kembali ke Timnas Indonesia.
“Dengan kelakuan seperti itu, tampaknya cukup sulit,” seru Mochamad Iriawan seusai melepas Timnas Indonesia ke Uni Emirat Arab seperti dilansir Viva, Senin (17/5).
“Pemain Timnas Indonesia mesti menjadi panutan pemain lain dan masyarakat. Apalagi tak semua orang bisa berangkat ke negara orang dengan uang dan memakai lambang negara,” tandasnya.