bakabar.com, BANJARMASIN – Peringatan haul akbar Syekh Muhammad Amin atau Datu Amin yang ke 126 dilaksanakan pada Sabtu (29/6) bertempat di Masjid Al Amin, Banua Anyar, Banjarmasin. Dari peringatan tersebut menyisakan kisah lain dari perjalanan hidup sang ulama.
Syekh Muhammad Amin atau Datu Amin adalah anak dari H Yaqub seorang saudagar pada masa Kesultanan Banjar. H Yaqub menikah dengan Tuan Giat saudari dari Tuan Guwat istri Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kelampaian.
Baca Juga: Syekh Muhammad Kasyful Anwar dan Keistimewaan Beliau yang Melegenda
Pada masa dewasanya, Datu Amin menuntut ilmu sampai ke Tanah Makkah, Arab Saudi. Sepulangnya dari menuntut ilmu, Datu Amin fokus mengajarkan ilmu kepada umat di Tanah Banjar. Meski tidak membuka sebuah pesantren, namun keluasan ilmu sang ulama tersebar seantero Banua sehingga tak sedikit orang datang kepada Datu Amin untuk meminta pendapat persoalan agama maupun meminta nasihat.
Atas kedalaman pengetahuan ilmu agama itulah, Kesultanan Banjar pada masa itu yang dipimpin Sultan Adam mengangkat Datu Amin sebagai mufti pertama di Banjarmasin dan menjadi mufti untuk wilayah Kuin pada tahun 1294 Hijriah atau 1876 Masehi.
Diriwayatkan salah seorang keturunan Datu Amin bernama Lukman Padlun, semasa hidup sang ulama yang dikenal tegas dalam memutuskan mana yang hak dan mana yang batil. Pernah sewaktu ketika Sang Datu berjalan melihat keadaan kampung, tiba-tiba melihat sekelompok orang yang sedang asik berjudi.
Oleh Datu Amin, para pejudi ini lantas ditegur dan diberikan nasehat. Bukannya mau menerima nasihat sang ulama, para pejudi ini justru naik pitam kepada Datu Amin karena mencampuri urusan mereka.
“Datu Amin waktu itu hendak dibunuh oleh pejudi yang ditegur beliau karena tidak terima dinasihati. Jadi, saat pejudi ini hendak membunuh Datu Amin, justru mereka tidak melihat ke mana larinya Datu Amin. Ternyata sidin (beliau) bersembunyi di dalam lubang pasak kayu penyangga bangunan, bisa mengecil dan masuk ke situ. Jadi, itulah salah satu karomah yang Allah berikan kepada beliau,” tuturnya.
Pernah pula, sewaktu para penjajah Belanda yang gusar atas sikap dan sepak terjang Datu Amin saat menjadi mufti, membuat para pasukan Belanda mengejar Datu Amin untuk dibunuh.
“Waktu itu Datu Amin didatangi pasukan Belanda ke rumah beliau, tetapi pasukan Belanda ini tidak mendapati Datu Amin di dalam rumah, padahal Datu Amin ada di dalam rumah, tidak kemana-mana. Nah, itulah jika Allah menolong hamba-Nya, mata pasukan penjajah tadi serasa dibutakan sehingga tidak melihat Datu Amin," jelas Lukman.
“Itulah kisah yang sudah disampaikan oleh keluarga dan para orang tua yang sudah menceritakan perjalanan hidup Datu Amin kepada anak cucu seperti saya sekarang,” pungkasnya.
Baca Juga: Menuju Haul Syekh Kasyful Anwar ke-81, Sosok Dibalik Pendidikan Formal Ponpes Darussalam
Reporter: Ahya Firmansyah
Editor: Muhammad Bulkini