bakabar.com, BANJARBARU – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kalsel mengklaim Bumi Lambung Mangkurat semakin hijau. Tutupan lahan jadi indikatornya.
Kendati begitu, nyatanya Kalsel masih kerap kebanjiran. Dalam setahun sudah dua kali Gubernur Sahbirin Noor menetapkan status darurat banjir.
Lantas, apa yang salah? Mantan Direktur Walhi Nasional Berry Nahdian Furqan angkat bicara.
"Kalsel semakin hijau namun tetap sering terjadi banjir," sentil pria yang juga pernah menjabat wabup Hulu Sungai Tengah ini saat dihubungi pada Selasa (28/12).
Klaim DLH dengan fakta di lapangan, lanjut Berry, menunjukkan bahwa presentasi peningkatan luasan tutupan lahan saja belum mampu memperbaiki kondisi lingkungan sampai pada titik kemampuannya menahan banjir.
Jadi, bisa dibilang kerusakan sebelumnya cukup parah dan sudah mengganggu keseimbangan alam. Sehingga menurunkan daya dukung lingkungan.
"Bahwa mulai terjadi perbaikan dengan semakin luasnya tutupan lahan, namun belum sampai pada titik keseimbangan," kata mantan direktur Walhi nasional ini.
Kendati demikian, upaya yang sudah dilakukan DLH Kalsel tersebut harus tetap diapresiasi.
Di samping itu, jumlah luasan tutupan lahan mesti terus ditingkatkan sampai pada skala mampu memulihkan keseimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
"Upaya penghijauan mesti terus didorong percepatannya, sambil melakukan penataan berbagai kebijakan lingkungan," ujarnya.
Berry juga menyarankan penertiban praktik-praktik ilegal dan merusak pengelolaan sumber daya alam mesti digencarkan, sesuai aturan hukum.
"Karena masih banyak praktik-praktik destruktif terhadap lingkungan seperti illegal logging, illegal mining dan lainnya," singgungnya.
Selain itu Berry berpandangan tugas ini bukan hanya dibebankan oleh DLH saja. Mesti ada sinergitas antarsektor lain. Upaya pemulihan lingkungan ini juga mesti dipimpin langsung oleh gubernur Kalsel.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalsel, Hanifah Dwi Nirwana menyebut Bumi Lambung Mangkurat mengalami peningkatan penghijauan sekalipun banjir kerap menerjang.
Hanifah menyebut tutupan lahan di Kalsel meningkat yang secara otomatis berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Kualitas lingkungan hidup tahun 2021 Kalsel, kata dia, meningkat jika dibanding tahun 2020, dari 68,43 persen menjadi 70,90 persen.
"Indeks tutupan lahan dinilai dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) melalui citra satelit dan melalui penilaian langsung ke lapangan," ujar Hanifah usai pemaparan di Rapat Pansus RPJMD 2021-2026 dengan Komisi III, Senin (27/12).
"Jadi kita untuk nilai-nilai ini gak ada yang main-main semuanya berdasar data dan fakta yang ada di lapangan," sambung Hanifah.
Instrumen lingkungan hidup yang diukur, antara lain kualitas air yang rutin tiga kali dalam satu tahun terakhir di sejumlah titik. Termasuk juga pengecekan
Hal itu kata Hanifah dicapai berkat upaya bersama menjaga lingkungan hidup. "Capaian ini tentu tidak bisa hanya dikerjakan sendiri," ujarnya.
Upaya DLH, antara lain melakukan pengendalian pencemaran dan perusakan di Sungai Martapura. Termasuk indeks kualitas udara, dan indeks kualitas tutupan lahan.
Pernyataan Hanifah sekaligus menanggapi hasil rapat paripurna DPRD Kalsel, November lalu.
Fraksi PKS sempat membuka data Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kalsel yang terdiri atas 13 kabupaten/kota terburuk dengan angka 57.51 atau menempati urutan 26 dari 34 provinsi di Indonesia.
"Rendahnya IKLH Kalsel merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan sehingga perlu berbagai upaya untuk memperbaiki," kata Juru Bicara Fraksi PKS, Gusti Rosyadi Elmi.
Oleh karenanya, PKS menyarankan agar Pemprov maupun pemerintah daerah setempat segera melakukan upaya reboisasi atau penghutanan kembali dan rehabilitasi tutupan hutan dan lahan yang rusak.
Hal itupun terbukti dari deretan bencana ekologis yang dialami Kalsel sepanjang 2020 lalu.
Dari awal tahun, banjir bandang menerjang sejumlah wilayah seperti Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut dan Kota Banjarmasin.
Musibah itu pula menjadi salah satu yang terparah sepanjang sejarah Kalsel.